SurveyKepuasan Masyarakat Untuk meningkatkan pelayanan kami kepada masyarakat, kami memerlukan masukan dari masyarakat terkait pelayanan kami, khususnya di Biro Administrasi Pimpinan, oleh karena itu kami harapkan Anda dapat mengisi form Survey Kepuasan Masyarakat yang dapat diakses melalui Link dibawah:
Cara Juruselamat Memimpin Semua pemimpin Gereja dipanggil untuk membantu orang lain menjadi “pengikut sejati … Yesus Kristus” Moroni 748. Untuk melakukan hal ini, para pemimpin terlebih dahulu berusaha menjadi murid setia Juruselamat, menjalaninya setiap hari sehingga mereka dapat kembali hidup di hadirat Allah. Kemudian mereka dapat menolong orang lain mengembangkan kesaksian yang kuat dan semakin dekat kepada Bapa Surgawi dan Yesus Kristus. Program dan kegiatan Gereja menolong mencapai tujuan ini. Para pemimpin dapat dengan cara terbaik mengajar orang lain bagaimana menjadi “pengikut sejati” melalui teladan pribadi mereka. Pola ini—dengan menjadi murid yang setia untuk menolong orang lain menjadi murid yang setia—adalah tujuan di balik setiap pemanggilan di Gereja. Saat para pemimpin melayani menurut pola ini, mereka menolong para anggota Gereja berkeinginan menjadi layak untuk pernikahan bait suci dan berkat keluarga kekal. Asas-Asas Kepemimpinan Injil Bersiap secara Rohani Juruselamat memerintahkan Petrus, “Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu” Lukas 2232. Saat para pemimpin insaf dan tumbuh secara rohani, mereka dapat menolong orang lain menjadi insaf dan tumbuh secara rohani. Para pemimpin mempersiapkan diri mereka sendiri secara rohani sewaktu mereka menaati perintah-perintah, menelaah tulisan suci dan ajaran-ajaran para nabi zaman akhir, berdoa, berpuasa, serta merendahkan hati mereka di hadapan Tuhan. Dengan persiapan ini, mereka dapat menerima ilham untuk membimbing mereka dalam kehidupan pribadi mereka, tanggung jawab keluarga mereka, dan pemanggilan mereka. Berperan Serta dalam Dewan Dalam dewan, para pemimpin bertemu di bawah arahan para pejabat ketua untuk membahas cara menolong individu-individu dan keluarga-keluarga. Dibimbing oleh Roh Kudus, mereka bekerja bersama untuk menentukan cara yang efektif untuk melayani para anggota organisasi mereka. Beberapa contoh dewan dalam Gereja adalah dewan lingkungan, dewan pasak, keuskupan, serta presidensi kuorum dan organisasi pelengkap. Untuk memperoleh bimbingan mengenai berperan serta dalam dewan, lihat bab 4. Melayani Orang Lain Seperti Juruselamat, para pemimpin berupaya untuk melayani individu-individu dan keluarga-keluarga, baik secara rohani maupun secara jasmani. Mereka mengurus setiap orang, tidak hanya tentang mengelola suatu organisasi. Mereka menjangkau para anggota baru, anggota yang kurang aktif, dan mereka yang mungkin kesepian atau memerlukan penghiburan. Tujuan dari melayani adalah untuk menolong orang lain menjadi pengikut sejati Yesus Kristus. Melayani orang lain mencakup Mengingat nama mereka dan menjadi akrab dengan mereka lihat Moroni 64. Mengasihi mereka tanpa menghakimi mereka lihat Yohanes 1334–35. Menjaga mereka dan memperkuat iman mereka “satu demi satu,” sebagaimana yang dilakukan Juruselamat 3 Nefi 1115; 1721. Menjalin persahabatan yang tulus dengan mereka serta mengunjungi mereka di rumah mereka dan di tempat lain lihat A&P 2047. Mengajarkan Injil Yesus Kristus Semua pemimpin adalah guru. Pengajaran yang efektif mengilhami orang untuk memperkuat hubungan mereka dengan Allah dan hidup menurut asas-asas Injil. Pengajaran yang paling kuat dari para pemimpin datang dari teladan pribadi mereka. Para pemimpin juga mengajar dengan membagikan kesaksian mereka dan mengadakan pembahasan yang berdasarkan ajaran dalam pertemuan kepemimpinan, kelas, dan kegiatan. Mereka mengajar dari tulisan suci dan perkataan para nabi zaman akhir. Mereka tahu bahwa “pengkhotbahan firman … [telah] memiliki dampak yang lebih kuat … daripada pedang, atau apa pun yang lain” Alma 315. Selain pengajaran Injil kepada mereka sendiri, para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap bertanggung jawab atas mutu pembelajaran dan pengajaran dalam organisasi mereka. Mereka memastikan bahwa pengajaran dalam kelas-kelas mereka penuh makna, meneguhkan, dan berajaran sehat. Untuk bimbingan tambahan mengenai mengajar Injil dan mengawasi upaya meningkatkan pembelajaran dan pengajaran, lihat Mengelola Imamat atau Organisasi Pelengkap Para pemimpin akan paling efektif dalam upaya mereka untuk memperkuat orang lain saat mereka mengikuti petunjuk yang ditetapkan Gereja. Petunjuk untuk mengelola imamat dan organisasi pelengkap terdapat dalam bab 7–12. Petunjuk Tambahan bagi Pemimpin Mewakili Tuhan dan Gereja-Nya Karena para pemimpin Gereja telah dipanggil oleh Tuhan melalui para hamba-Nya yang ditetapkan, mereka mewakili Dia dan Gereja-Nya. Sebagai wakil Juruselamat, para pemimpin melihat-Nya sebagai teladan mereka. Dia berfirman “Orang macam apakah seharusnya kamu adanya? Sesungguhnya Aku berfirman kepadamu, bahkan seperti Aku” 3 Nefi 2727. Membangun Kesatuan dan Keharmonisan Tuhan telah berfirman, “Jadilah satu; dan jika kamu bukan satu kamu bukanlah milik-Ku” A&P 3827. Para pejabat ketua mengimbau kesatuan dengan mencari nasihat dari para pria dan wanita yang melayani bersama mereka. Para anggota presidensi dan dewan menolong menegakkan kesatuan dengan membagikan perasaan dan gagasan jujur mereka, berkomunikasi secara jelas, serta mendengarkan satu sama lain. Saat para pemimpin organisasi Gereja mengikuti para pemimpin imamat mereka dan saat anggota presidensi dan dewan dipersatukan, mereka dapat menerima bimbingan dari Roh Kudus serta memimpin menurut kehendak Tuhan. Mempersiapkan Orang Lain Menjadi Pemimpin dan Guru Di sejumlah lingkungan, para pemimpin berulang kali bersandar pada kelompok kecil orang untuk memberikan pelayanan dalam imamat dan organisasi pelengkap. Hal ini dapat terlalu membebani beberapa orang yang setia, dan itu juga dapat menghalangi orang lain mendapatkan pengalaman yang dapat menolong mereka belajar dan tumbuh. Para pemimpin yang efektif memberikan kepada semua anggota kesempatan untuk melayani. Sewaktu para pejabat ketua dengan penuh doa mempertimbangkan para anggota untuk mengisi jabatan kepemimpinan dan pengajaran, mereka hendaknya ingat bahwa Tuhan akan menjadikan mereka yang Dia panggil memenuhi syarat. Para anggota tidak perlu berpengalaman banyak sebelum melayani sebagai guru dan pemimpin. Mereka dapat belajar dari pengalaman, dengan menjalankan iman dan bekerja dengan tekun, serta dengan menerima petunjuk dan dukungan dari para pemimpin mereka. Para pejabat ketua mencari cara untuk memberikan kesempatan pelayanan kepada para anggota baru, anggota yang aktif kembali di Gereja, dan dewasa lajang muda. Para anggota baru dan yang aktif kembali bergairah tentang Injil yang dipulihkan, dan mereka sering kali siap dengan kesempatan untuk melayani orang lain serta belajar tentang Gereja. Dewasa lajang muda memerlukan kesempatan untuk berkontribusi dalam pekerjaan Tuhan dan tumbuh secara rohani. Untuk informasi tentang merekomendasikan para anggota untuk melayani dalam pemanggilan Gereja, lihat dan Mendelegasikan Tanggung Jawab dan Memastikan Pertanggungjawaban Para pemimpin secara individu tidak dapat dan hendaknya tidak melakukan segala sesuatu sendiri. Para pemimpin yang berusaha untuk melakukan terlalu banyak akan “sangat lelah” Keluaran 1818, dan demikian juga orang-orang yang mereka layani. Para pemimpin hendaknya mendelegasikan kesempatan pelayanan kepada orang lain, seperti para penasihat, juru tulis, dan anggota dewan atau komite. Pendelegasian mencakup lebih dari sekadar memberi seseorang suatu penugasan. Itu mencakup unsur-unsur berikut Menjelaskan tujuan penugasan, menyarankan cara yang dapat dilakukan, dan menjelaskan kapan tugas itu hendaknya diselesaikan. Orang yang ditugasi hendaknya memahami dan menerima tanggung jawab untuk melaksanakan penugasan itu dan melaporkannya. Menyimpan catatan tertulis mengenai penugasan itu dan memeriksa kemajuan dari waktu ke waktu. Menghormati upaya orang yang ditugasi untuk mengembangkan rencana dan memenuhi tugasnya. Para pemimpin memberikan dorongan dan bantuan sewaktu diperlukan. Meminta orang itu melaporkan kembali tentang tugas tersebut. Setelah menerima laporan, pemimpin menerima upaya terbaik dari orang tersebut dan mengungkapkan penghargaan untuk hal-hal yang baik yang telah orang itu lakukan. Memperingatkan terhadap Dosa tetapi Mengasihi Pendosa Para pemimpin perlu teguh dan pantang menyerah dalam peringatan-peringatan mereka terhadap perilaku penuh dosa tetapi penuh belas kasihan dan berbaik hati kepada mereka yang berdosa. Mereka memperlakukan orang lain sebagaimana Juruselamat akan lakukan terhadap mereka. Melakukan hal itu akan menolong para anggota merasakan kasih Tuhan bagi mereka sewaktu mereka menerapkan Pendamaian dalam kehidupan mereka. Mengimbau Kekhidmatan Kekhidmatan adalah sikap beribadat yang tenang dan damai dan rasa hormat terhadap Allah. Itu menuntun pada pembelajaran Injil dan wahyu pribadi. Kekhidmatan sejati datang dari dalam diri setiap individu. Para pemimpin dapat menolong memupuk suasana khidmat dalam pertemuan Gereja. Dalam pertemuan sakramen, konferensi pasak, dan pertemuan-pertemuan serupa, para pemimpin menunjukkan teladan kekhidmatan sewaktu mereka duduk di mimbar. Para pemimpin juga mengimbau kekhidmatan dengan mengatur musik penuh peribadatan dan ceramah-ceramah yang mengilhami. Para guru dapat mengimbau kekhidmatan di ruang-ruang kelas dengan mempersiapkan pelajaran yang mengilhami, mengatur ruang-ruang sebelumnya, menggunakan gambar dan musik yang tepat, dan menyapa para anggota kelas dengan cara yang damai dan kasih. Pertemuan peribadatan dan kelas-kelas Gereja bertambah baik saat seluruh lingkungan melakukan upaya untuk menjadi khidmat. Mempersiapkan Agenda Tertulis untuk Pertemuan Agenda tertulis dapat bermanfaat sebagai petunjuk bagi para pemimpin sewaktu mereka membahas cara untuk melayani orang lain. Jika agenda dibagikan sebelum pertemuan-pertemuan dewan dan perencanaan, para pemimpin akan lebih siap untuk pembahasan. Petunjuk mempersiapkan agenda untuk pertemuan-pertemuan berbeda terdapat dalam bab 4 dan bab 7–12. Merencanakan dengan Tujuan Para pemimpin merencanakan kegiatan, pelajaran, dan upaya lainnya untuk memberkati kehidupan para anggota lingkungan. Mereka selalu merencanakan dengan suatu tujuan dalam pikiran sehingga upaya mereka akan bermanfaat bagi orang-orang yang mereka layani. Dalam merencanakan kegiatan, para pemimpin mengikuti asas-asas dalam dan Dalam merencanakan pelatihan dan pengajaran Injil, mereka mengikuti asas-asas dalam Para pemimpin juga membuat rencana jangka panjang untuk organisasi mereka. Ini mencakup membuat kalender tahunan, menetapkan gol-gol, dan secara berkala mengevaluasi kemajuan dalam meraih gol-gol itu. Dengan bantuan dari sekretaris, para pemimpin menyimpan catatan tertulis dari rencana mereka dan terus menelusuri kemajuan dalam menyelesaikan penugasan. Setelah melaksanakan rencana mereka, mereka mengevaluasi seberapa baik rencana itu mencapai tujuan mereka. Evaluasi ini menolong dalam perencanaan di masa mendatang. Menggunakan Sumber Gereja untuk Mempelajari Tugas Para pemimpin menggunakan sumber-sumber berikut untuk menolong mereka mempelajari dan memenuhi tugas-tugas mereka Buku pegangan ini. Presidensi pasak dan keuskupan hendaknya menjadi terbiasa dengan seluruh buku pegangan ini. Para pemimpin lain hendaknya menjadi terbiasa dengan bab 1–6, bab-bab tentang organisasi mereka, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan tanggung jawab mereka. Buku pegangan mengajarkan asas dan praktik yang dapat menolong mereka melayani dengan efektif. Laporan. Juru tulis dan sekretaris menyediakan laporan-laporan yang memperlihatkan kemajuan individu dan kelompok kepada para pemimpin. Informasi ini menolong para pemimpin memahami orang dan organisasi mana yang memerlukan perhatian khusus mereka. Petunjuk dari para pemimpin setempat. Segera setelah didukung, setiap pemimpin baru hendaknya menerima orientasi tentang pemanggilannya. Para pemimpin yang memberikan orientasi terus memberikan petunjuk dan dukungan melalui pertemuan kepemimpinan serta komunikasi pribadi. Materi pelatihan Gereja. Materi ini tersedia di bagian Serving in the Church Melayani dalam Gereja dari atau dari kantor pusat Gereja atau kantor administrasi yang ditunjuk. Majalah Gereja dan terbitan Gereja lainnya. Tujuan Kepemimpinan Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas Rasul telah menetapkan tujuan-tujuan berikut bagi para pemimpin untuk mereka ingat sewaktu mereka meningkatkan pemanggilan mereka. Para pemimpin mendorong setiap anggota untuk menerima semua tata cara imamat yang penting, menaati perjanjian-perjanjian terkait, dan memenuhi syarat bagi permuliaan dan kehidupan kekal. Para pemimpin Gereja membimbing upaya dari kuorum imamat, organisasi pelengkap, serta dewan pasak dan lingkungan untuk menolong memberikan hasil berikut Keluarga Ajarkan keunggulan dari rumah tangga dan keluarga sebagai unit dasar organisasi Gereja. Tekankan pentingnya imamat yang lebih tinggi dalam menolong individu-individu dan keluarga-keluarga memenuhi syarat untuk permuliaan lihat A&P 8419–22. Imbaulah setiap anggota keluarga—orangtua dan anak-anak—untuk menelaah tulisan suci, berdoa secara teratur, dan menjalankan Injil Yesus Kristus. Orang dewasa Imbaulah setiap orang dewasa untuk layak menerima tata cara-tata cara bait suci. Ajari semua orang dewasa untuk mengidentifikasi leluhur mereka dan melaksanakan tata cara-tata cara perwakilan di bait suci bagi mereka. Remaja Bantulah mempersiapkan setiap remaja putra untuk menerima Imamat Melkisedek, menerima tata cara-tata cara bait suci, dan layak untuk melayani misi penuh waktu. Bantulah mempersiapkan setiap remaja putri untuk layak membuat dan menaati perjanjian-perjanjian sakral dan menerima tata cara-tata cara bait suci. Kuatkanlah remaja melalui peran serta dalam kegiatan-kegiatan yang penuh makna. Semua Anggota Bantulah para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap, dewan lingkungan, misionaris lingkungan dan misionaris penuh waktu, dan anggota bekerja dengan kooperatif dalam upaya seimbang untuk menyelamatkan individu, memperkuat unit keluarga dan Gereja, meningkatkan kegiatan imamat, dan mengumpulkan Israel melalui keinsafan, retensi, dan pengaktifan. Ajari anggota untuk mengurus diri mereka dan keluarga mereka serta membantu yang miskin dan membutuhkan dengan cara Tuhan. Kamimenyampaikan pertanyaan serupa kepada Ahmet T. Kuru, guru besar ilmu politik dan Direktur Center for Islamic and Arabic Studies di San Diego State University, Amerika Serikat. Kuru merupakan penulis dua buku yang berhasil mendapatkan penghargaan. Pertama, buku berjudul Secularism and State Policies toward Religion: The United States [BE, EL, EN, ES, FR, HU, ID, IT, LV, NL, PL, PT, SQ, SW, UK, VI, ZH] KOMISI KEPAUSAN UNTUK KEADILAN DAN PERDAMAIAN KOMPENDIUM AJARAN SOSIAL GEREJA DIPERSEMBAHKAN KEPADA BAPA SUCI PAUS YOHANES PAULUS II GURU AJARAN SOSIAL SERTA PENYAKSI KEADILAN DAN PERDAMAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN SINGKATAN ALKITAB SURAT KARDINAL ANGELO SODANO PENYAJIAN KOMPENDIUM AJARAN SOSIAL GEREJA PENDAHULUAN SEBUAH HUMANISME YANG TERPADU DAN SOLIDER a. Pada saat merekahnya Milenium Ketiga b. Arti penting dokumen ini c. Demi melayani kebenaran yang sepenuhnya tentang manusia d. Dalam tanda solidaritas, hormat dan cinta kasih BAGIAN SATU BAB SATU RENCANA CINTA KASIH ALLAH BAGI UMAT MANUSIA I. TINDAKAN PEMBEBASAN ALLAH DI DALAM SEJARAH ISRAEL a. Kehadiran Allah yang murah hati b. Prinsip penciptaan dan tindakan Allah yang murah hati II. YESUS KRISTUS, KEPENUHAN RENCANA CINTA KASIH BAPA a. Dalam Yesus Kristus terpenuhilah peristiwa yang menentukan dalam sejarah antara Allah dan umat manusia b. Pewahyuan cinta kasih Allah Tritunggal III. PRIBADI MANUSIA DALAM RENCANA CINTA KASIH ALLAH a. Cinta kasih Allah Tritunggal, asal usul dan tujuan pribadi manusia b. Keselamatan Kristen untuk semua orang dan pribadi seutuhnya c. Murid Kristus sebagai suatu ciptaan baru d. Transendensi keselamatan dan otonomi hal-hal duniawi IV. RENCANA ALLAH DAN TUGAS PERUTUSAN GEREJA a. Gereja, tanda dan perlindungan transendensi pribadi manusia b. Gereja, Kerajaan Allah dan pembaruan relasi-relasi sosial c. Langit baru dan bumi baru d. Maria dan "fiat"-nya dalam rencana cinta kasih Allah BAB DUA TUGAS PERUTUSAN GEREJA DAN AJARAN SOSIAL GEREJA I. EVANGELISASI DAN AJARAN SOSIAL a. Gereja, tempat kediaman Allah bersama manusia b. Memperkaya dan meresapi masyarakat dengan Injil c. Ajaran sosial, evangelisasi dan kemajuan manusia d. Hak dan kewajiban Gereja II. HAKIKAT AJARAN SOSIAL GEREJA a. Pengetahuan yang diterangi iman b. Dalam dialog yang bersahabat dengan semua cabang ilmu pengetahuan c. Sebuah pelaksanaan tugas pengajaran Gereja d. Untuk sebuah masyarakat yang diperdamaikan di dalam keadilan dan cinta kasih e. Sebuah amanat bagi para putra dan putri Gereja dan bagi umat manusia f. Di bawah tanda kesinambungan dan pembaruan III. AJARAN SOSIAL GEREJA DALAM MASA KITA BEBERAPA CATATAN HISTORIS a. Permulaan sebuah jalan baru b. Dari Rerum Novarum hingga zaman kita sekarang ini c. Dalam terang dan di bawah daya dorong Injil BAB TIGA PRIBADI MANUSIA DAN HAK ASASI MANUSIA I. AJARAN SOSIAL DAN PRINSIP PERSONALIS II. PRIBADI MANUSIA SEBAGAI "IMAGO DEI" a. Makhluk ciptaan seturut gambar Allah b. Tragedi dosa c. Universalitas dosa dan universalitas keselamatan III. PELBAGAI SEGI PRIBADI MANUSIA A. Kesatuan Pribadi B. Keterbukaan Kepada Yang Transenden dan Keunikan Pribadi a. Keterbukaan kepada yang transenden b. Unik dan tidak dapat diulangi c. Penghormatan terhadap martabat manusia C. Kebebasan Pribadi Manusia a. Nilai dan batas-batas kebebasan b. Ikatan antara kebebasan dengan kebenaran serta hukum kodrati D. Martabat Yang Setara Dari Semua Orang E. Kodrat Sosial Manusia IV. HAK ASASI MANUSIA a. Nilai hak asasi manusia b. Spesifikasi hak-hak c. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban d. Hak-hak orang perorangan dan bangsa-bangsa e. Mengisi kesenjangan antara huruf dan roh BAB EMPAT PRINSIP-PRINSIP AJARAN SOSIAL GEREJA I. MAKNA DAN KESATUAN II. PRINSIP KESEJAHTERAAN UMUM a. Makna dan implikasi-implikasinya yang utama b. Tanggung jawab setiap orang bagi kesejahteraan umum c. Tugas-tugas masyarakat politik III. TUJUAN UNIVERSAL HARTA BENDA a. Asal usul dan makna b. Tujuan universal harta benda dan milik perorangan c. Tujuan universal harta benda dan pilihan mengutamakan kaum miskin IV. PRINSIP SUBSIDIARITAS a. Asal usul dan makna b. Petunjuk-petunjuk konkret V. KETERLIBATAN a. Makna dan nilai b. Keterlibatan dan demokrasi VI. PRINSIP SOLIDARITAS a. Makna dan nilai b. Solidaritas sebagai sebuah prinsip sosial dan kebajikan moral c. Solidaritas dan pertumbuhan bersama umat manusia d. Solidaritas di dalam kehidupan dan pesan Yesus Kristus VII. NILAI-NILAI DASAR KEHIDUPAN SOSIAL a. Hubungan antara berbagai prinsip dan nilai b. Kebenaran. c. Kebebasan d. Keadilan VIII. JALAN CINTA KASIH BAGIAN DUA BAB LIMA KELUARGA SEL-SEL HIDUP MASYARAKAT I. KELUARGA SEBAGAI MASYARAKAT ALAMIAH YANG PERTAMA a. Pentingnya keluarga bagi pribadi b. Pentingnya keluarga bagi masyarakat II. PERKAWINAN SEBAGAI DASAR KELUARGA a. Nilai perkawinan b. Sakramen perkawinan III. CIRI SOSIAL KELUARGA a. Cinta kasih dan pembentukan persekutuan pribadi-pribadi b. Keluarga adalah tempat kudus bagi kehidupan c. Tugas mendidik d. Martabat dan hak anak-anak IV. KELUARGA SEBAGAI KEKUATAN KREATIF KEHIDUPAN SOSIAL a. Solidaritas dalam keluarga b. Keluarga, kehidupan ekonomi dan kerja V. MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KEPADA KELUARGA BAB ENAM KERJA MANUSIA I. SEGI-SEGI ALKITABIAH a. Kewajiban untuk mengusahakan dan memelihara bumi. b. Yesus, seorang yang bekerja c. Kewajiban untuk bekerja II. NILAI PROFETIK RERUM NOVARUM III. MARTABAT KERJA a. Matra subjektif dan matra objektif kerja b. Hubungan antara kerja dan modal c. Kerja, hak untuk berperan serta d. Hubungan antara kerja dan hak milik pribadi e. Beristirahat dari kerja IV. HAK UNTUK BEKERJA a. Kerja adalah keniscayaan b. Peran negara dan masyarakat sipil dalam menggalakkan hak untuk bekerja c. Keluarga dan hak untuk bekerja d. Kaum perempuan dan hak untuk bekerja e. Buruh anak-anak f. Migrasi dan kerja g. Dunia pertanian dan hak untuk bekerja V. HAK-HAK KAUM PEKERJA a. Martabat kaum pekerja dan penghormatan terhadap hak-hak mereka b. Hak atas upah yang adil dan distribusi pendapatan c. Hak untuk mogok VI. SOLIDARITAS DI ANTARA PARA PEKERJA a. Pentingnya serikat-serikat buruh b. Bentuk-bentuk baru solidaritas VII. "HAL-HAL BARU" REs NOVAE DARI DUNIA KERJA a. Sebuah tahap peralihan yang membuka zaman baru b. Ajaran sosial dan "hal-hal baru" BAB TUJUH KEHIDUPAN EKONOMI I. SEGI-SEGI ALKITABIAH a. Manusia, kemiskinan dan kekayaan b. Kekayaan itu ada untuk dibagi-bagikan II. MORALITAS DAN EKONOMI III. PRAKARSA PRIBADI DAN PRAKARSA BISNIS a. Usaha bisnis dan sasaran-sasarannya b. Peran para pemilik dan manajemen usaha bisnis IV. LEMBAGA-LEMBAGA EKONOMI MELAYANI MANUSIA a. Peran pasar bebas b. Tindakan negara c. Peran lembaga-lembaga perantara d. Menabung dan usaha konsumsi V. "HAL-HAL BARU" DALAM SEKTOR EKONOMI a. Globalisasi berbagai peluang dan risiko b. Sistem keuangan internasional c. Peran masyarakat internasional dalam sebuah era ekonomi global d. Sebuah pembangunan yang terpadu di dalam solidaritas c. Kebutuhan akan pembinaan yang lebih banyak di bidang pendidikan dan budaya BAB DELAPAN PAGUYUBAN POLITIK I. SEGI-SEGI ALKITABIAH a. Kerajaan Allah b. Yesus dan otoritas politik c. Komunitas-komunitas Kristen perdana II. LANDASAN DAN TUJUAN PAGUYUBAN POLITIK a. Paguyuban politik, pribadi manusia dan bangsa b. Membela dan memajukan hak asasi manusia c. Hidup bersama atas dasar persahabatan warga III. OTORITAS POLITIK a. Dasar otoritas politik b. Otoritas sebagai kekuatan moral c. Hak untuk menolak atas dasar pertimbangan hati nurani d. Hak Perlawanan e. Pemberian hukuman IV. SISTEM DEMOKRASI a. Nilai dan demokrasi b. Institusi dan demokrasi c. Matra moral prinsip keterwakilan politik d. Sarana keterlibatan politik e. Informasi dan demokrasiV. PAGUYUBAN POLITIK MELAYANI MASYARAKAT SIPIL a. Nilai masyarakat sipil b. Prioritas masyarakat sipil c. Penerapan prinsip subsidiaritas VI. NEGARA DAN JEMAAT-JEMAAT KEAGAMAAN A. Kebebasan Beragama, Sebuah Hak Asasi Manusia B. Gereja Katolik dan Paguyuban Politik a. Otonomi dan ketergantungan b. Kerja sama BAB SEMBILAN MASYARAKAT INTERNASIONAL I. SEGI-SEGI ALKITABIAH a. Kesatuan keluarga umat manusia b. Yesus Kristus, prototipe dan fondasi kemanusiaan yang baru c. Panggilan universal agama Kristen II. ATURAN-ATURAN HAKIKI MENYANGKUT MASYARAKAT INTERNASIONAL a. Masyarakat internasional dan nilai-nilai b. Relasi-relasi yang dilandaskan pada keselarasan antara tatanan hukum dan tatanan moral III. ORGANISASI MASYARAKAT INTERNASIONAL a. Nilai organisasi-organisasi internasional b. Personalitas yuridis Takhta Suci IV. KERJA SAMA INTERNASIONAL UNTUK PEMBANGUNAN a. Kerja sama untuk menjamin hak atas pembangunan b. Perjuangan mengentaskan kemiskinan c. Utang luar negeri BAB SEPULUH MELINDUNGI DAN MELESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP I. SEGI-SEGI ALKITABIAH II. MANUSIA DAN JAGAT BENDA-BENDA TERCIPTA III. KRISIS DALAM RELASI ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP IV. SEBUAH TANGGUNG JAWAB BERSAMA a. Lingkungan hidup, sebuah harta milik bersama b. Penggunaan bioteknologi c. Lingkungan hidup serta penggunaan harta milik secara bersama d. Gaya-gaya hidup baru BAB SEBELAS MENGGALAKKAN PERDAMAIAN I. SEGI-SEGI ALKITABIAH II. PERDAMAIAN BUAH KEADILAN SERTA CINTA KASIH III. KEGAGALAN PERDAMAIAN PERANG a. Perang pembelaan yang legitim b. Membela perdamaian c. Kewajiban untuk melindungi orang-orang yang tidak bersalah d. Langkah-langkah menghadapi orang-orang yang mengancam perdamaian e. Perlucutan senjata f. Kecaman terhadap terorisme IV. SUMBANGAN GEREJA BAGI PERDAMAIAN BAGIAN TIGA BAB DUA BELAS AJARAN SOSIAL DAN TINDAKAN GEREJAWI I. TINDAKAN PASTORAL DALAM RANAH SOSIAL a. Ajaran sosial dan inkulturasi iman b. Ajaran sosial dan kegiatan pastoral sosial c. Ajaran sosial dan pembinaan d. Memajukan dialog e. Para pelaku kegiatan pastoral sosial II. AJARAN SOSIAL DAN KOMITMEN KAUM AWAM BERIMAN a. Kaum awam beriman b. Spiritualitas kaum awam beriman c. Bertindak dengan arif d. Ajaran sosial dan perserikatan-perserikatan awam e. Pelayanan dalam aneka ragam bidang kehidupan sosial 1. 2. 3. 4. PENUTUP BAGI SEBUAH PERADABAN KASIH a. Bantuan yang ditawarkan Gereja bagi manusia modern b. Suatu awal baru dalam iman akan Kristus c. Sebuah harapan yang kokoh d. Membangun "peradaban cinta kasih" INDEKS RUJUKAN INDEKS ANALITIS DAFTAR SINGKATAN a. in articulo AAS Acta Apostolicae Sedis ad 1um in responsione ad 1 argumentum ad 2um in responsione ad 2 argumentum et ita porro ay. ayat bdk. bandingkan c. corpore articuli cf. conferatur ch. Chapter bab d. distinctio DS H. Denzinger - A. Schönmetzer, Enchiridion Symbolorum definitionum et declarationum de rebus fidei et morum Ed. Leon. Sancti Thomae Aquinatis Doctoris Angelici Opera omnia iussu impensaque Leonis XIII edita Ens. Ensiklik ibid. ibidem Imb. Ap. Imbauan Apostolik PG Patrologia Graeca Migne PL Patrologia Latina Migne q. quaestio Surat Ap. Surat Apostolik v. verse I Prima Pars Summae Theologiae I-II Prima Secundae Partis Summae Theologiae II-II Secunda Secundae Partis Summae Theologiae III Tertia Pars Summae Theologiae SINGKATAN ALKITAB Am Amos Ams Amsal Ayb Ayub Bar Barukh Bil Bilangan Dan Daniel Ef Efesus Est Ester Ezr Ezra Flm Filemon Flp Filipi Gal Galatia Hab Habakuk Hag Hagai Hak Hakim-Hakim Hos Hosea Ibr Ibrani Im Imamat Keb Kebijaksanaan Salomo Kej Kejadian Kel Keluaran Kid Kis Kol Kolose 1Kor 1 Korintus 2Kor 2 Korintus Luk Lukas 1Mak 1 Makabe 2Mak 2 Makabe Mal Maleakhi Mat Matius Mik Mikha Mrk Markus Mzm Mazmur Nah Nahum Neh Nehemia Ob Obaja 1Ptr 1 Petrus 2Ptr 2 Petrus Pkh Pengkhotbah 1Raj 1 Raja-Raja 2Raj 2 Raja-Raja Rat Ratapan Rm Roma Rut Rut 1Sam 1 Samuel 2Sam 2 Samuel Sir Sirakh 1Taw 1 Tawarikh 2Taw 2 Tawarikh 1Tes 1 Tesalonika 2Tes 2 Tesalonika 1Tim 1 Timotius 2Tim 2 Timotius Tit Titus Tob Tobit Ul.. Ulangan Why Wahyu Yak Yakobus Ydt Yudit Yeh Yehezkiel Yer Yeremia Yes Yesaya Yl Yoël Yoh Yohanes 1Yoh 1 Yohanes 2Yoh 2 Yohanes 3Yoh 3 Yohanes Yos Yosua Yud Yudas Yun Yunus Za Zakharia Zef Zefanya SURAT KARDINAL ANGELO SODANO Sekretariat Negara Dari Vatikan, 29 Juni 2004 Yang Mulia Kardinal RENATO RAFFAELE MARTINO Ketua Komisi Kepausan Untuk Keadilan dan Perdamaian di KOTA VATIKAN Dalam seluruh bentangan sejarahnya, dan khususnya selama 100 tahun belakangan ini, Gereja tidak pernah lalai, mengutip kata-kata Paus Leo XIII, untuk mengangkat bicara sebagaimana "patut" baginya berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan menyangkut kehidupan di tengah masyarakat. Dengan tujuan melanjutkan pembabaran serta pemutakhiran warisan kaya ajaran sosial Gereja, Yohanes Paulus II dari pihaknya telah menerbitkan tiga Ensiklik akbar – Laborem Exercens, Sollicitudo Rei Socialis dan Centesimus Annus – yang menyajikan tahaptahap fundamental pemikiran Katolik dalam bidang uskup di setiap penjuru dunia ini, dari pihaknya masing-masing, telah memberi andil selama tahun-tahun belakangan ini bagi suatu pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran sosial Gereja. Sejumlah cendekiawan pada setiap benua juga telah melakukan hal yang serupa. 1. Oleh karenanya maka diharapkan bahwa sebuah kompendium untuk semua bahan ini hendaknya dikumpulkan, dan secara sistematis menyajikan landasan-landasan untuk ajaran sosial Gereja. Patutlah dipuji bahwa Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian telah mengambil alih tugas dimaksud, seraya mencurahkan upaya-upaya yang intensif bagi prakarsa ini selama tahun-tahun belakangan ini. Saya bergembira karena buku "Kompendium Ajaran Sosial Gereja" telah berhasil diterbitkan, seraya berbagi bersama Anda sukacita mempersembahkannya kepada umat beriman dan kepada semua orang yang berkehendak baik, sebagai santapan bagi pertumbuhan insani dan rohani, baik untuk orang perorangan maupun jemaat. ini juga menunjukkan nilai ajaran sosial Gereja sebagai sebuah sarana penginjilan bdk. Centesimus Annus,.54, karena ia menempatkan pribadi manusia dan masyarakat dalam hubungan dengan terang Injil. Prinsip-prinsip ajaran sosial Gereja, yang dilandaskan pada hukum kodrati, selanjutnya diperkokoh dan diperkuat dalam iman Gereja oleh Injil Kristus. Dalam terang ini, manusia terutama nian diundang untuk menemukan diri mereka sendiri sebagai makhluk transenden,di dalam setiap matra kehidupan mereka, termasuk yang berkaitan dengan konteks sosial, ekonomi dan politik. Iman membawa ke kepenuhan makna keluarga yang dibangun di atas perkawinan di antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang merupakan sel pertama dan terpenting dari masyarakat. Lebih dari itu, iman menerangi martabat kerja yang, karena kegiatan manusia ditakdirkan untuk membawa makhluk insani ini kepada kepenuhannya, memiliki keutamaan atas modal serta membenarkan klaim mereka yang absah untuk turut serta dalam buah-buah yang dihasilkan oleh kerja tersebut. 3. Dalam buku ini kita dapat menyaksikan pentingnya nilai-nilai moral, yang berpijak pada hukum kodrati yang ditulis di atas setiap hati nurani manusia; setiap hati nurani manusia oleh karenanya berkewajiban untuk mengakui dan menghormati hukum ini. Umat manusia dewasa ini mencari keadilan yang lebih besar dalam menghadapi fenomena raksasa globalisasi; ia memiliki sebuah keprihatinan yang peka untuk ekologi serta pengelolaan perkara-perkara publik secara tepat dan benar; ia merasakan perlunya melindungi kesadaran nasional tanpa menjadi buta terhadap pelaksanaan hukum serta kesadaran akan kesatuan dari keluarga umat manusia. Dunia kerja, yang secara mendasar telah diubah oleh berbagai kemajuan teknologi modern, menyingkapkan kemajuan kualitatif yang luar biasa, namun sayangnya ia mesti juga mengakui bentuk-bentuk baru ketidakstabilan, penindasan dan malah perbudakan di tengah berbagai masyarakat yang justru dianggap makmur. Di berbagai wilayah di planet ini tingkat kesejahteraan terus bertumbuh, namun juga terdapat suatu peningkatan yang berbahaya dalam jumlah orang-orang yang menjadi miskin dan, karena aneka rupa alasan, kesenjangan antara negara-negara yang kurang maju dan negara-negara yang kaya terus melebar. Pasar bebas, sebuah proses ekonomi dengan segi-segi yang positif, bagaimanapun juga tengah memperlihatkan keterbatasan-keterbatasannya. Di lain pihak, cinta kasih yang mengutamakan kaum miskin merupakan sebuah pilihan yang hakiki bagi Gereja, dan ia mengajukannya kepada semua orang yang berkehendak baik. Jadi, jelaslah bahwa Gereja tidak pernah lalai menjadikan suaranya didengarkan menyangkut "hal-hal baru" res novae yang menjadi kekhasan abad modern, karena menjadi tugasnya untuk mengajak semua orang untuk melakukan apa saja yang mampu mereka kerjakan guna menghasilkan sebuah peradaban sejati yang semakin terjuruskan pada perkembangan insani yang terpadu dalam solidaritas. 4. Soal-soal budaya dan sosial dewasa ini terutama nian melibatkan kaum awam beriman yang dipanggil, sebagaimana yang diingatkan kepada kita oleh Konsili Vatikan II, untuk mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah bdk. Lumen Gentium, 31. Oleh karena itu, kita dapat dengan mudah memahami penting dan hakikinya pembinaan kaum awam agar kekudusan hidup mereka serta kekuatan kesaksian mereka akan memberi andil bagi kemajuan manusia. Buku ini bermaksud membantu mereka dalam tugas ini setiap hari. Lebih dari itu, menarik untuk dicatat bagaimana banyak unsur yang dipersatukan di sini dianut pula oleh Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat Gerejawi lainnya, dan juga oleh agama-agama lain. Buku ini disajikan sedemikian rupa sehingga sarat manfaat tidak saja ke dalam ad intra, yakni di antara orang-orang Katolik, tetapi juga ke luar ad extra. Malah orang-orang yang ambil bagian dalam pembaptisan yang sama dengan kita, dan juga para pengikut agama-agama lain serta semua orang yang berkehendak baik, dapat menemukan di dalamnya kesempatan yang sarat manfaat bagi refleksi serta suatu motivasi bersama demi perkembangan yang terpadu dari setiap orang dan pribadi seutuhnya. 5. Bapa Suci berharap bahwa dokumen ini akan membantu umat manusia dalam pencariannya yang aktif untuk kesejahteraan umum. Ia memohonkan berkat Allah bagi orang-orang yang sudi meluangkan waktu untuk merenungkan ajaran-ajaran yang tersaji dalam buku ini. Seraya menyatakan itikad baik saya endiri atas keberhasilan upaya ini, saya mengucapkan selamat kepada Yang Mulia beserta semua rekan kerja Anda di Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian karena karya penting yang telah dituntaskan serta rasa hormat dari pihakku. Salam hormat di dalam Kristus, Kardinal Angelo Sodano Sekretaris Negara PENYAJIAN Dengan gembira saya menyajikan Kompendium Ajaran Sosial Gereja yang, berdasarkan permohonan yang diterima dari Bapa Suci, telah disusun guna memberi sebuah tinjauan yang padat namun lengkap atas ajaran sosial Gereja. Mengubah dan membarui berbagai kenyataan sosial dengan kuat kuasa Injil, untuknya kesaksian diberikan oleh orang yang beriman kepada Yesus Kristus, telah selalu merupakan sebuah tantangan dan tetap demikianlah adanya dewasa ini pada permulaan milenium ketiga kurun Kekristenan. Pewartaan tentang Yesus Kristus, "Kabar Baik" keselamatan, cinta kasih, keadilan dan perdamaian, tidak disambut serta-merta dalam dunia dewasa ini, yang dilantakkan oleh peperangan, kemiskinan serta ketidakadilan. Justru karena alasan inilah maka manusia dari zaman kita sekarang ini memiliki suatu kebutuhan yang lebih besar akan Injil akan iman yang menyelamatkan, akan harapan yang mencerahkan, akan kasih yang mencintai. Gereja adalah pakar perihal kemanusiaan dan, seraya berharap dengan keyakinan dan dengan keterlibatan yang aktif, ia senantiasa menantikan "langit baru" dan "bumi baru" yang ia tunjukkan kepada setiap orang agar membantu mereka menghayati kehidupan mereka dalam matra makna yang sejati. " Gloria Dei vivens homo" pribadi manusia yang menghayati sepenuhnya martabatnya memberi kemuliaan bagi Allah yang telah mengaruniakan martabat ini kepada manusia. Pembacaan atas buku ini terutama nian dianjurkan guna menopang dan memperkokoh kegiatan orang-orang Kristen di dalam ranah sosial, khususnya kegiatan kaum awam beriman yang menjadi empunya ranah ini secara istimewa; seluruh hidup mereka mesti dilihat sebagai sebuah karya penginjilan yang menghasilkan buah. Setiap orang beriman mesti pertama-tama nian belajar untuk menaati Tuhan dengan kekuatan iman seraya mengikuti teladan Santo Petrus "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena aku akan menebarkan jala juga" Setiap pembaca yang "berkehendak baik" akan mampu memahami motif-motif yang mendorong Gereja untuk campur tangan dengan ajarannya di dalam ranah sosial, sebuah ranah yang pada pandangan pertama tidak termasuk ke dalam kompetensi Gereja, dan khalayak pembaca yang sama akan mengerti alasan-alasan bagi perjumpaan, bagi dialog, bagi kerja sama demi melayani kesejahteraan umum. Pendahulu saya, Mendiang dan Yang Mulia Kardinal François-Xavier Nguyên Van Thuân, memandu dan mengawal dengan kearifan, kesetiaan serta wawasan yang berjangkauan luas tahap rumit persiapan dokumen ini; penyakit yang dideritanya menghalangi beliau membawa dokumen ini ke kesudahannya berupa penerbitannya. Karya ini, yang dipercayakan kepada saya dan kini disajikan kepada orang-orang yang sudi membacanya, karenanya membawa meterai kesaksian agung terhadap salib yang tetap teguh dalam iman selama tahun-tahun kelam lagi mengerikan di Vietnam. Kesaksian ini patut memperoleh ucapan terima kasih dari pihak kita karena semua karya beliau yang tak ternilai, yang dilaksanakan dengan kasih serta pengabdian, dan beliau akan memberkati orang-orang yang berhenti untuk merenungkan halamanhalaman buku ini. Saya memohon pengantaraan Santo Yosef, Pengawal Sang Penebus dan Suami Perawan Terpuji Maria, Pelindung Gereja Sejagat dan Pelindung. Kerja, agar buku ini akan menghasilkan buah berlimpah dalam kehidupan masyarakat sebagai sebuah sarana bagi pewartaaan Injil, bagi keadilan dan bagi perdamaian. Kota Vatikan, 2 April 2004, Hari Peringatan Santo Fransiskus dari Paola. Kardinal Renato Raffaele Martino Ketua + Giampaolo Crepaldi Sekretaris LIBRERIA EDITRICE VATICANA Konflikdilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap
Pendahuluan Presiden David O. McKay memiliki kasih yang besar kepada Gereja dan kesaksian yang kuat terhadap misinya untuk persiapan bagi penegakan terakhir kerajaan Allah. Ketika melayani dalam Kuorum Dua Belas Rasul, dia mengenang pengalaman berikut “Di atas mimbar di dalam gedung pertemuan, saat saya kecil, dahulu mengikuti kebaktian hari Minggu, di situ terpampang foto besar Presiden John Taylor selama bertahun-tahun, dan di bawahnya, menurut saya terdapat tulisan emas, yang berbunyi Kerajaan Allah atau Tidak Sama Sekali’. Sebagai anak yang masih kecil saya memiliki kesan yang mendalam mengenai ungkapan tersebut pada tahun-tahun sebelum saya memahami arti yang sesungguhnya. Sepertinya saya menyadari sejak itu bahwa tidak ada gereja atau organisasi lainnya yang mendekati kesempurnaan atau memiliki keilahian yang dicirikan oleh Gereja Yesus Kristus. Sebagai anak kecil saya merasakan intuisi ini; semasa remaja, saya benar-benar yakin akan hal itu; dan saat ini saya menyimpannya sebagai keyakinan yang kukuh dalam jiwa saya …. Keilahian Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir terlihat dalam organisasinya juga ajaran-ajarannya. Tubuh Ketuhanan, persaudaraan antara sesama, pelayanan—ketiga asas pembimbing ini … tercermin dalam semua kegiatan Gereja kita.”2 Kepemimpinan Presiden McKay tercermin dari keyakinannya yang kuat. Selama pelayanannya sebagai Presiden, Gereja mengalami pertumbuhan pesat dan kemajuan yang mendunia, dengan keanggotaan yang meningkat dari sekitar satu juta mencapai hampir tiga juta. Menjelaskan peranan Presiden McKay dalam pertumbuhan ini, dua sejarawan mencatat yang berikut “Sejak awal masa kepemimpinan Presiden David O. McKay, Presiden Gereja pertama yang paling banyak bepergian, mengadakan perjalanan misi di Eropa, Amerika Latin, Afrika, dan Pasifik Selatan, menguduskan dua tempat bait suci di Eropa serta mengumumkan bahwa sebuah bait suci akan dibangun di Selandia Baru. Tahun 1955 dia menyatakan bahwa Gereja harus mengerahkan setiap upaya dalam batas-batas logis dan praktis untuk menempatkan, dalam jangkauan para anggota Gereja di misi-misi yang jauh ini, setiap … kesempatan istimewa kerohanian yang telah Gereja tawarkan’ [dalam Conference Report, April 1955, 25]. Membangun bait suci, meningkatkan jumlah misi, mengorganisasi wilayah-wilayah di seluruh dunia, membujuk Orang-orang Suci untuk membangun Sion di negeri mereka sendiri daripada beremigrasi ke Amerika, serta akhirnya menyerahkan kepemimpinan Gereja ke dalam tangan penduduk asli negara yang bersangkutan, semuanya merupakan langkah penting dalam memenuhi tujuan itu.”3 Iman Presiden McKay dalam misi dan tujuan Ilahi Gereja terus bertahan hingga akhir hayatnya. Dalam sebuah ceramah konferensi umum kurang dari satu tahun sebelum dia meninggal, dia mengajarkan, “Allah telah menegakkan Gereja-Nya yang tidak akan pernah dihancurkan atau diberikan kepada umat lain. Dan karena Allah hidup, serta umat-Nya setia kepada-Nya dan kepada satu sama lain, maka kita tidak perlu khawatir mengenai kemenangan oleh kebenaran pada akhirnya.”4 Ajaran-ajaran David O. McKay Misi Gereja adalah mempersiapkan penegakan akhir kerajaan Allah. Misi Gereja adalah mempersiapkan jalan bagi penegakan akhir Kerajaan Allah di bumi. Tujuannya, pertama-tama, mengembangkan dalam diri manusia sifat-sifat seperti Kristus; kedua, mengubah masyarakat sehingga dunia dapat menjadi tempat yang lebih baik dan lebih damai untuk Apakah [penekanan] ajaran Kristus ketika Dia datang di antara manusia? Pernyataan besar pertama adalah pernyataan bahwa kerajaan Allah sudah dekat. “Bertobatlah karena kerajaan Allah sudah dekat” [lihat Markus 115]. Sang pembuka jalan, Yohanes Pembaptis, berkhotbah mengenai hal itu. Dia mengkhotbahkan datangnya Tuhan. Dia memperlihatkan posisi yang akan dipegang Tuhan di dalam kerajaan itu dan Juruselamat memberikan kesaksian mengenai hal itu serta mengkhotbahkan hal yang sama. Apakah kerajaan itu? Itu bukan dongeng semata, tetapi kerajaan yang sesungguhnya; bukan hanya perasaan batiniah, tetapi juga ungkapan lahiriah mengenai kebenaran. Itu adalah pemerintahan Ilahi di antara manusia. Itulah yang dipikirkan Juruselamat, menegakkan pemerintahan Ilahi di antara Istilah [kerajaan Allah] mencakup hukum-hukum Ilahi di dalam hati dan kehendak manusia serta dalam masyarakat. Manusia mengakui kekuatan dan wewenang yang lebih besar dari dirinya. “Itu bukan hukum yang sewenang-wenang dari Tuhan yang kejam, tetapi itu berdasarkan pada sikap manusia yang tunduk terhadap kehendak Allah.” Pada suatu kesempatan Yesus berkata, “Kerajaan Allah ada di antara kamu” [Lukas 1721]. Itu benar, karena di dalam hati manusialah keanggotaan dalam kerajaan duniawi itu memiliki dasarnya …. Hanya sekelompok orang yang memandang ke surga dengan satu hati untuk memohon bimbingan itulah yang akhirnya dapat mengubah masyarakat manusia. Kerajaan Allah juga berarti persaudaraan antarsesama secara universal karena semua orang mengakui Allah sebagai Penguasa Tunggal dan menghargai niat untuk mematuhi kehendak Di dunia ada orang-orang yang mengatakan bahwa kecemburuan, kebencian, [dan] sifat mementingkan diri di dalam hati manusia akan selalu menghambat penegakan masyarakat ideal yang dikenal sebagai Kerajaan Allah. Terlepas dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang pesimis dan penyindir, misi Gereja Kristus adalah menyingkirkan dosa serta kejahatan dari hati manusia, dan karenanya mengubah masyarakat agar kedamaian serta kebaikan dapat dijalankan di bumi Kuorum-kuorum imamat dan organisasi-organisasi pelengkap dirancang untuk membantu memenuhi misi Gereja. Pikirkanlah tentang imamat Gereja. Bayangkan di dalamnya terdapat para pria dan anak-anak lelaki yang diorganisasi dalam kelompok-kelompok atau bagian-bagian kerja, dari ayah yang berusia sembilan puluh tahun hingga anak lelaki berusia dua belas tahun. Dalam kelompok ini Anda menemukan semua teladan yang dicari oleh masyarakat manusia dalam kelompok-kelompok sosial serta masyarakat. Dalam kelompok-kelompok kuorum ini terdapat kesempatan untuk mengadakan penemanan, memiliki persaudaraan, dan melakukan pelayanan yang terorganisasi … Mereka yang aktif bekerja dengan cara yang teroganisasi untuk kebaikan satu sama lain, kesejahteraan pribadi keanggotaan dan kebaikan masyarakat secara keseluruhan. Jika kita beranggapan tidak ada yang lain selain kuorum-kuorum, bukankah adalah suatu gambaran yang meneguhkan, saat para pria dan anak-anak lelaki mungkin berkumpul, berasosiasi, bersekutu dalam pelayanan untuk kemanusiaan, jika setiap orang menganggap sesamanya saudara? Dalam kuorum dokter duduk berdampingan dengan tukang kayu, masing-masing tertarik dengan aspirasi yang paling memuliakan—peribadatan kepada Allah dan pelayanan yang bermanfaat bagi kemanusiaan!9 Tanggung jawab Lembaga Pertolongan adalah membantu imamat dalam menegakkan kerajaan Allah, dalam meringankan penderitaan dan memberi bantuan kepada yang miskin, dan dalam banyak cara memberi sumbangan untuk perdamaian serta kebahagiaan dunia …. Salah satu janji paling menggembirakan yang diberikan kepada manusia yang mengasihi pelayanan adalah janji yang dibuat oleh Juruselamat dalam kata-kata ini, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” Matius 2540 …. Saya tumbuh menjadi dewasa sebelum saya menyadari pentingnya pelayanan yang diberikan oleh para sister di dalam Gereja Gereja, dalam mengenali potensi pengaruh-pengaruh lain selain rumah tangga dalam mengembangkan kehidupan anak-anak sebelum dia bertanggung jawab bagi dirinya sendiri, menawarkan lingkungan keagamaan hampir sejak saat kelahirannya. Sekolah Minggu, Pratama [organisasi Remaja Putra dan Remaja Putri] memberi petunjuk-petunjuk yang sesuai, hiburan, serta bimbingan yang tepat dari kecil hingga Orang-orang Suci Zaman Akhir adalah umat sejati yang saling menolong dalam kehidupan yang produktif, kehidupan yang cenderung mengarah pada keselamatan umat manusia. Melalui keselamatan itu, maksud saya bukan hanya suatu tempat di masa datang dimana semua kecemasan serta kekhawatiran kita mungkin sirna, tetapi keselamatan yang berlaku bagi individu, keluarga dan masyarakat di sini dewasa ini. Melalui Injil Yesus Kristus, dan organisasi Gereja yang sempurna sebagaimana diwahyukan pada masa kelegaan ini kepada Nabi Joseph Smith, kita sedang membantu satu sama lain secara rohani dengan cara mengambil manfaat dari banyak kesempatan untuk pelayanan di dalam Gereja. Kita sedang meningkatkan persaudaraan melalui kegiatan dan hubungan dalam kuorum-kuorum imamat, dalam perkumpulan organisasi pelengkap serta dalam perkumpulan masyarakat sosial Ketika Gereja memenuhi misinya, hal itu memberkati dan menyempurnakan individu-individu. Bagi para anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, nilai individu memiliki arti khusus. Kuorum-kuorum, organisasi-organisasi pelengkap, lingkungan-lingkungan, wilayah-wilayah, bahkan Gereja itu sendiri semuanya diorganisasi untuk kesejahteraan manusia lebih lanjut. Semua itu hanyalah sarana menuju suatu akhir, dan akhir itu adalah kebahagiaan serta kesejahteraan kekal setiap anak Allah. Oleh karena itu saya memohon kepada seluruh anggota Gereja, terutama kepada para presiden kuorum dan pejabat semua organisasi pelengkap, untuk menggalang upaya persatuan untuk menjadikan kehidupan manusia lebih Tidak hanya naluri yang ada di dalam diri manusia, tetapi juga keilahian yang berusaha mendorongnya maju dan berkembang. Rasa itu sifatnya universal, dan pada suatu saat dalam kehidupannya setiap orang berkeinginan untuk memperolehnya. Berkaitan dengan dorongan rohani ini ada tiga kebutuhan besar yang tetap tidak berubah sepanjang abad 1 Setiap orang yang normal ingin mengetahui sesuatu tentang Allah. Seperti apa Dia? Apakah Dia tertarik dengan keluarga manusia, atau apakah Dia mengabaikan semuanya? 2 Apakah kehidupan terbaik yang harus dijalani dalam dunia ini untuk memperoleh keberhasilan dan kebahagiaan tertinggi? 3 Apakah hal yang tidak dapat dielakkan yang disebut kematian itu? Apakah yang ada di balik itu? Jika Anda menginginkan jawaban atas kerinduan jiwa manusia ini, Anda harus datang ke Gereja untuk memperoleh jawaban itu. Satu-satunya agama yang benar yang dapat memuaskan keinginan jiwa Mengapa kita mengadakan pertemuan konferensi dan pertemuan lainnya di Gereja? Itu diadakan untuk kebaikan individu—untuk putra Anda dan putra saya, putri Anda dan putri saya. Tuhan telah berfirman, “… seandainya engkau harus bekerja sepanjang hidupmu menyerukan pertobatan kepada rakyat ini, dan membawa meskipun hanya satu jiwa kepada-Ku, betapa besar jadinya kesukaanmu bersamanya di dalam kerajaan Bapa-Ku!” [A&P 1815] …. Tujuan … organisasi Gereja yang besar ini, yang sedemikian lengkap dan sempurna, adalah untuk memberkati Gereja ini didirikan melalui satu-satunya cara Gereja Kristus dapat didirikan, yaitu dengan wewenang langsung dari Allah. Oleh karena itu Gereja ini didirikan untuk mengundang seluruh dunia datang ke dalam Gereja yang diakui oleh Allah sendiri, yang menawarkan setiap manfaat sehingga pikiran, emosi, serta hasrat manusia dapat berpikir dalam memenuhi misi tunggalnya di bumi ini. “Itu merupakan gelombang pengaruh langsung yang bersifat pribadi, yang secara khusus ditujukan untuk menyentuh dan mengubah semua manusia, sehingga mereka seperti Yesus akan menjadi seperti Allah.” “Mormonisme,” sebagai ke-Kristenan yang sejati, “mengatasi sifat mementingkan diri, mengendalikan nafsu, menahan selera, mempercepat kecerdasan, meningkatkan kasih sayang. Mormonisme menumbuhkan kerajinan, kejujuran, kebenaran, kemurnian, kebaikan. Mormonisme merendahkan hati yang sombong, mengangkat yang rendah, menjunjung tinggi hukum, menyokong kebebasan, itu penting untuk hal ini, dan akan mempersatukan manusia dalam persaudaraan besar.”16 Ketika Gereja memenuhi misinya, itu memberi sumbangan bagi kesejahteraan kemanusiaan. Banyak warga masyarakat merasa terganggu dengan meningkatnya kejahatan, tingginya tingkat perceraian dan anak-anak yang lahir di luar pernikahan, meningkatnya penderita penyakit kelamin, skandal di kantor-kantor besar, serta gejala-gejala ketidakjujuran perorangan dan masyarakat umum. Adakah kerusakan moral? Adakah penyebab kekhawatiran itu? Dunia ini adalah mengenai diri kita, dan statistik yang kita baca sungguh menakutkan, dan itu merupakan suatu peringatan penting …. Misi Gereja adalah mengurangi dan, jika mungkin, menghapuskan kejahatan tersebut dari dunia. Sudah terbukti bahwa kita memerlukan sebuah kekuatan yang mempersatukan untuk menghapuskan kejahatan tersebut. Kekuatan yang mempersatukan seperti itu, kekuatan yang ideal itu adalah Injil Yesus Kristus, yang dipulihkan melalui Nabi Joseph Smith. Injil tersebut menjelaskan kehidupan manusia serta tujuan-tujuannya dan di dalamnya terdapat unsur-unsur penyelamatan yang penting, cita-cita yang mulia, serta peneguhan rohani yang dirindukan hati manusia. Pria dan wanita yang berpikiran sehat dan teguh di mana pun berada ingin menghapuskan unsur-unsur kejahatan dari masyarakat kita yang secara terus-menerus menghancurkan masyarakat—masalah minuman keras dengan kemabukan, kecanduan narkoba dengan semua kejahatan yang menyertainya, kebejatan moral, kemiskinan, dan lain-lain. Gereja sedang berusaha menjadikan lingkungan rumah tangga serta masyarakat menjadi lebih baik dan lebih Marilah kita di sini dan sekarang ini mengungkapkan rasa syukur kepada Gereja Yesus Kritus dengan kuorum-kuorum serta organisasi-organisasi pelengkapnya yang khusus diorganisasi untuk memerangi kejahatan tersebut. Gereja ini didirikan melalui wahyu Ilahi dari Allah Bapa dan Putra-Nya Yesus Kristus. Misinya yang mulia adalah mengkhotbahkan kebenaran Injil yang dipulihkan; meneguhkan masyarakat sehingga umat manusia dapat berbaur secara harmonis satu sama lain; menciptakan lingkungan yang sehat dalam masyarakat kita, yaitu tempat anak-anak kita dapat menemukan kekuatan untuk menahan godaan dan semangat untuk berusaha memperoleh prestasi pendidikan serta Gereja, yang didirikan melalui ilham Ilahi kepada remaja yang tidak berpendidikan, menawarkan kepada dunia pemecahan bagi masalah-masalah sosialnya. Ujian pada abad pertama itu telah berhasil dilaluinya. Di tengah-tengah konsep manusia yang cemerlang di abad kedua puluh ini, yang dengan seksama mencari kemajuan sosial dan yang memandang buta pada masa depan untuk membaca nasib manusia, Gereja bersinar terang seperti matahari di cakrawala, karena di sekitarnya terdapat satelit-satelit yang tidak begitu berarti. Sesungguhnya Gereja adalah pencipta dan pelindung bagi nilai-nilai tertinggi manusia. Tugas sejatinya, adalah penebusan umat manusia kita di dunia. “Gereja adalah terang kebenaran yang memancar ke seluruh penjuru dunia, dan terang ini tidak dapat gagal untuk menunjukkan kepada manusia, cepat atau lambat, cita-cita Ilahi melalui mana manusia harus hidup.”19 Gereja, dengan organisasi lengkapnya, memberikan pelayanan dan ilham kepada semua orang …. Selain mengeluarkan manusia dari dunia, Gereja berusaha meningkatkan manusia ke arah kesempurnaan serta seperti Allah di tengah-tengah masyarakat, dan melalui mereka untuk mengatasi masalah-masalah Saran Belajar dan Pembahasan Berdasarkan pada ajaran-ajaran Presiden McKay, bagaimanakah Anda akan menjelaskan tujuan Gereja? lihat hlm. 26–28. Mengapa kita mengadakan pertemuan-pertemuan dan konferensi-konferensi Gereja? lihat hlm. 29–31. Bagaimanakah Gereja menolong mempersiapkan untuk pembangunan kerajaan Allah? lihat hlm. 26–31. Dengan cara-cara apakah Gereja serupa atau menunjukkan kerajaan Allah yang akan ditegakkan? lihat hlm. 26–28. Apakah yang disediakan Gereja yang akan menuntun para anggota yang setia menuju kehidupan kekal? lihat hlm. 26–31. Bagaimanakah Anda telah melihat organisasi Gereja, dengan kuorum-kuorum serta organisasi-organisasi pelengkapnya, menolong menyempurnakan individu-individu? lihat juga Efesus 411–13. Apakah beberapa masalah yang sedang dihadapi masyarakat zaman sekarang? lihat hlm. 31. Dengan cara-cara apakah menerapkan asas-asas Injil dapat menolong mengatasi masalah-masalah tersebut? lihat hlm. 31–33. Dengan cara-cara apakah keanggotaan di Gereja telah memberkati kehidupan Anda? Apakah yang dapat Anda atau keluarga Anda lakukan untuk mendapatkan manfaat sepenuhnya dari yang ditawarkan Gereja? Apakah yang dapat kita lakukan untuk menolong Gereja melaksanakan tanggung jawab-tanggung jawabnya di zaman akhir ini? Tulisan Suci Terkait Efesus 219–22; 411–15; Moroni 64–9; A&P 1067–69; 651–6
2 Pengajaran para Bapa Gereja dan para Pujangga Gereja (Doctors of the Church), terutama St. Agustinus (354-430) melalui bukunya The City of God, yang mengatur pengajaran tentang manusia dan masyarakat; dan St. Thomas Aquinas (1225-1274), dengan bukunya, Summa Theologiae, di mana bagian yang terbesar dari Summa adalah Teologi moral/ Moral
Ketika Carol Witt Christensen dipanggil untuk melayani sebagai direktur urusan kemasyarakatan untuk Pasak Topeka Kansas, dia merasa “takut dan tidak mampu” mengenai harus berinteraksi dengan reporter dan editor berita mewakili para pemimpin pasak. “Gagasan membuat kontak pertama dengan orang-orang baru agak menakutkan,” kenangnya. Dan meskipun dia mengambil jurusan bahasa Inggris di perguruan tinggi, dia mengatakan bahwa dia “tidak tahu apa pun tentang menulis berita.” Terlepas dari keraguan dirinya, Sister Christensen memutuskan untuk bersandar pada kesaksiannya, keakrabannya dengan masyarakatnya, dan kepercayaannya bahwa pemanggilannya berasal dari para pemimpin imamat yang terilhami. Dia menuturkan dia mulai dengan pelatihan dari Departemen Urusan Kemasyarakatan dan mulai “mempelajari kewajiban[nya], dan bertindak pada jabatan yang di dalamnya [dia] ditetapkan dengan segenap ketekunan” A&P 10799. Dia mulai membaca bagian keagamaan setiap minggu dari surat kabar lokalnya untuk memutuskan apa yang dianggap layak diberitakan. Dia menelepon penulis keagamaan untuk mencari tahu mengenai tenggatnya sebelum mengirimkan berita pertamanya. “Saya memerhatikan jenis pokok-pokok berita kecil yang dicetak dan mulai menaruh perhatian khusus pada gereja untuk kegiatan, orang-orang yang menarik, dan pencapaian-pencapaian yang tampaknya pantas untuk diberitakan dalam surat kabar kami,” dia mengenang. Seiring berjalannya waktu, Sister Christensen belajar bahwa hubungan media adalah jauh lebih dari sekadar menyarankan gagasan kisah. Itu juga mengenai mengetahui media dan membantu reporter melakukan pekerjaan mereka sementara pada saat yang sama membantu mereka memahami Gereja. Setelah serangkaian keberhasilan, termasuk sebuah artikel mengenai program seminari pasaknya yang muncul dalam surat kabar lokal, dia menuturkan dia memperoleh keyakinan dan “merasakan hasrat yang membara untuk menampilkan Gereja dari keadaan tak dikenal’” lihat A&P 130. Sekarang, bertahun-tahun kemudian, Sister Christensen masih melayani sebagai direktur urusan kemasyarakatan pasaknya dan mengatakan “api itu masih terus membara.” “Kebanyakan dari apa yang kita upayakan untuk lakukan dalam urusan kemasyarakatan,” dia menjelaskan, “memperlihatkan bahwa kita mengasihi, memercayai, dan menyembah Yesus Kristus; berteman, bekerja dengan, dan melayani brother dan sister kita dalam masyarakat; serta membantu orang memiliki opini yang baik terhadap Injil yang dipulihkan dan Gereja.” Para pemimpin imamat di seluruh dunia membimbing dan mendorong spesialis urusan kemasyarakatan serta dewan-dewan sewaktu mereka bekerja erat dengan mereka di area-area mereka untuk memberi manfaat kepada masyarakat mereka, memperbaiki kesalahpahaman, dan memperlihatkan bahwa para anggota Gereja mengikuti Yesus Kristus. Meskipun upaya penting Sister Christensen berfokus pada hubungan media, ada banyak cara dewan-dewan urusan kemasyarakatan Gereja mengikuti arahan imamat yang terilhami sementara juga membantu membangun masyarakat mereka serta kerajaan Allah. Hubungan Masyarakat dan Pemerintah Hanya 65 mil 105 km dari Topeka, di Pasak Lenaxa Kansas, Presiden Bruce F. Priday, presiden pasak, dan Sister Carol Deshler, direktur urusan kemasyarakatan pasak, bekerja bersama untuk membangun hubungan yang positif dengan anggota masyarakat mereka yang berpengaruh. Mereka ingin membantu masyarakat mengenal Orang-Orang Suci Zaman Akhir sebagai “tetangga yang baik, pengaruh yang positif dalam masyarakat, serta pengikut Yesus Kristus,” ujar Presiden Priday. Sister Deshler, yang bekerja dengan presidensi pasak dan para anggota lain dalam dewan urusan kemasyarakatan pasak, mencari kesempatan untuk bermitra dengan kelompok dan organisasi masyarakat yang berbasiskan iman untuk melayani dengan lebih baik warga di area mereka. “Hampir semua keberhasilan kami bekerja dengan kelompok-kelompok masyarakat sebagai hasil dari hubungan pribadi,” ungkap Sister Deshler. Sebagai contoh, seorang anggota dari gereja lain dan anggota di pasaknya makan siang bersama dan membahas cara-cara dua kelompok tersebut dapat datang bersama untuk melakukan hal yang positif bagi masyarakat. Percakapan itu menuntun pada enam orang—tiga dari setiap gereja—yang membentuk komite “Lebih Baik Bersama” untuk bercurah pendapat bagi kemitraan. Kemitraan itu menuntun pada konser amal di tahun 2010 dimana paduan suara dari sejumlah gereja berperan serta. Tiket masuknya adalah menyumbangkan satu tas bahan pangan, yang berguna untuk pantri makanan. Sekitar 700 orang dari kalangan masyarakat menghadiri acara itu, yang diadakan di pusat pasak yang baru rampung. Sebuah resepsi diorganisasi agar masyarakat dan pemimpin agama dapat berbaur sebelum konser. Seusai konser, empat gereja lagi, dua anggota dari dewan kota, dan kepala polisi diminta untuk mewakili komite Lebih Baik Bersama, yang saat ini bertemu setiap bulan. Konser diulangi lagi tahun 2011, waktu itu bersama gereja lain memandu, total tujuh gereja berperan serta, dan kira-kira anggota masyarakat hadir. “Perasaan niat baik dan persatuan sebagai para pengikut Yesus Kristus datang melalui sebuah cara yang signifikan di antara gereja-gereja,” Sister Deshler bertutur. Perasaan itu menjadi bukti belakangan ketika Presiden Priday berada di sebuah bandara lebih dari mil km dari rumah. Seorang wanita yang tidak pernah bertemu menghampirinya dan mengatakan dia mengenal Presiden Priday dari konser amal Lebih Baik Bersama, dimana dia telah berperan serta dan mendapatinya luar biasa. Wanita itu mengatakan kepadanya, “Saya tidak pernah merasakan perasaan kasih seperti ini bagi orang lain dalam masyarakat kami seperti yang saya miliki melalui acara ini. Terima kasih untuk mensponsori bersama konser ini. Saya anggota dari jemaat lain, namun kami memiliki rasa hormat yang lebih dalam dan kekaguman bagi Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir.” “Itulah,” tutur Presiden Priday, “inti dari urusan kemasyarakatan. Sewaktu kita telah memperlebar lingkaran kita dan meluaskan visi kita, kita mengembangkan banyak teman istimewa di seluruh masyarakat. Kita memiliki rasa hormat bersama bagi setiap kepercayaan orang lain dan kasih yang tulus bagi satu sama lain.” Memupuk kerja sama dan rasa hormat semacam itu dari pemimpin masyarakat juga telah terbukti efektif di Eropa Timur. Katia Serdyuk, direktur hubungan media untuk dewan urusan kemasyarakatan Ukraina, bekerja dengan para misionaris urusan kemasyarakatan dan pemimpin imamat lokal untuk mengembangkan hubungan di antara Gereja dan masyarakat. “Banyak orang salah paham dan salah informasi mengenai Gereja,” ujar Sister Serdyuk. “Sebagai spesialis urusan kemasyarakatan yang bekerja dengan para pemimpin Gereja, kami berusaha mengubah persepsi itu melalui bekerja dengan pemimpin terkemuka, media, dan masyarakat umum. Upaya urusan kemasyarakatan yang berhasil menciptakan atmosfir dimana orang-orang yang berpengaruh dapat membantu Gereja mencapai tujuannya sementara kami membantu mereka juga mencapai gol-gol mereka.” Di Zhytomyr, Ukraina, para anggota Gereja berperan serta dalam sebuah resepsi yang dipimpin oleh walikota, Olexander Mikolayovich Bochkovskiy, untuk mengenali proyek kemanusiaan Gereja yang menyediakan peralatan yang banyak dibutuhkan untuk tujuh sekolah di seluruh kota. Juga disebutkan adalah upaya pelayanan masyarakat dari para anggota Gereja di Taman Gagarin, yang diadakan pada April dan Oktober 2011. Presiden cabang Zhytomyr, Alexander Davydov, mewakili Gereja dan mengakui penghargaan kota itu. Rencana Acara Selain media dan hubungan masyarakat, kesempatan urusan masyarakat lainnya datang dari merencanakan dan memandu acara, ungkap Daniel dan Rebecca Mehr, yang belum lama berselang merampungkan misi urusan kemasyarakatan di Area Karibia. “Mengajak para anggota untuk mendidik teman-teman mereka melalui kegiatan umum, seperti acara kebudayaan, santap malam, proyek pelayanan, atau kegiatan lainnya, dapat sangat efektif untuk membangun hubungan,” tutur Sister Mehr. Tetapi, Brother Mehr memperingatkan bahwa salah satu kesalahan terbesar yang spesialis urusan kemasyarakatan dapat buat adalah “mulai merencanakan kegiatan tanpa memikirkan kebutuhan masyarakat dan tanpa berembuk dengan pemimpin imamat.” Elder dan Sister Mehr percaya bahwa sebuah rencana tahunan yang mencerminkan arahan pemimpin pasak dan lingkungan merupakan satu cara untuk membantu memandu rencana acara dari awal. Untuk membangun rencana tahunan semacam itu, Sister Mehr merekomendasikan mengoordinasi acara dengan menggunakan proses rencana empat langkah yang berfokus pada hasil strategi dan terikat dengan kebutuhan masyarakat serta tujuan imamat lokal Apa kebutuhan terbesar dalam masyarakat kita? Apa masalah-masalah di area kita yang memengaruhi kemajuan Gereja, secara positif atau negatif? Siapa pemimpin dalam masyarakat yang dengannya kita dapat bermitra untuk memenuhi kebutuhan serta mengatasi masalah? Bagaimana kita dapat memprakarsai atau melanjutkan hubungan dengan para pemimpin ini? Dengan dijawabnya pertanyaan-pertanyaan ini, para pemimpin dan dewan urusan kemasyarakatan dapat menghindari menciptakan “kegiatan untuk kepentingan kegiatan,” Sister Mehr bertutur. Alih-alih dewan dapat merencanakan dan melaksanakan acara-acara yang dapat membangun kepercayaan di antara masyarakat dan pemimpin imamat. Acara ini juga memberi anggota Gereja dan anggota masyarakat suatu perubahan untuk berinteraksi dan membangun pertemanan. Di Republik Dominika tahun 2010, sebagai contoh, para pemimpin imamat, dan dewan urusan kemasyarakatan bekerja sama pada sebuah acara yang menyoroti upaya Uluran Tangan Mormon. Brother dan Sister Mehr mengundang sejumlah pemimpin bangsa yang mereka ajak kerja sama. “Banyak individu terkemuka yang mewakili banyak lembaga dan organisasi hadir,” kenang brother Mehr, menambahkan bahwa Presidensi Area Gereja juga datang. “Acaranya sangat berhasil,” dia melaporkan. “Terlebih lagi, kami mendapati walikota dan organisasi-organisasi kota meminta bantuan kami dalam beberapa jenis pekerjaan pembersihan. Selain itu, banyak organisasi mengembangkan opini yang baik terhadap Gereja.” Sementara melibatkan arahan imamat penting untuk sebuah perencanaan acara yang berhasil, itu bukan satu-satunya pertimbangan yang dibuat. Kathy Marler melayani sebagai dewan urusan kemasyarakatan multipasak di San Diego, Kalifornia, AS. Salah satu temannya dari kepercayaan lain mengatakan bahwa Orang-Orang Suci Zaman Akhir luar biasa dalam mengundang orang lain ke kegiatan yang disponsori Gereja namun sering gagal untuk berkolaborasi dengan orang lain dalam acara gereja lainnya. Sister Marler ingat temannya mengatakan, “Anda hanya meminta orang-orang untuk datang. Akan luar biasa jika Anda mau menanyakan kepada kami apakah kami memerlukan bantuan. Jawabannya pastilah ya.” Dengan mengenali kebutuhan orang lain, ujar Sister Marler, dewan urusan kemasyarakatan terkadang dapat membantu masyarakat lebih dari yang dapat mereka lakukan dalam memandu acara-acara mereka sendiri. Krisis Komunikasi dan Manajemen Meskipun kebanyakan urusan kemasyarakatan terjadi dalam situasi kehidupan masyarakat setiap hari, itu juga dapat membantu mempersiapkan pasak, negara, atau area Gereja menangani keadaan darurat, sebagaimana yang terjadi tahun lalu di Jepang. Saat Uskup Gary E. Stevenson, Uskup Ketua, menjabat sebagai Presiden Area Asia Utara, dia menyaksikan bagaimana gempa bumi tahun 2011 mengubah sikap media. “Gempa bumi dan tsunami memfokuskan mata dunia dan seluruh Jepang pada garis pantai di bagian timur laut yang hancur-luluh.” Uskup Stevenson mengatakan bahwa bencana itu menciptakan “tingkat minat yang tinggi” dalam bantuan kemanusiaan dan kegiatan sukarelawan yang ditawarkan ke Jepang, termasuk yang diberikan oleh Gereja. Selama hari-hari tsunami, Gereja mulai menyediakan bahan-bahan kebutuhan kepada para anggota yang terkena bencana dan juga nonanggota. “Media domestik dan internasional mulai mengikuti setiap alur cerita” ungkap Uskup Stevenson. Dengan Gereja menyediakan lebih dari 250 ton perlengkapan bantuan kemanusiaan dan menyediakan bantuan lebih dari sukarelawan yang memberikan lebih dari jam pelayanan, upaya bantuan sering menarik perhatian para pemimpin pemerintahan lokal, Uskup Stevenson bertutur. Di negara dimana kurang dari dua persen penduduk mengakui diri mereka sebagai Kristen, beberapa dari pemimpin tersebut ingin tahu lebih banyak mengenai peran Gereja dalam upaya itu. Keingintahuan itu, ujarnya, menyediakan kesempatan bagi spesialis urusan kemasyarakatan tidak saja membantu mereka yang benar-benar membutuhkan namun juga menjembatani pemahaman pada saat yang sama. Sebagai contoh, minggu setelah tsunami menerjang Jepang, seorang reporter menulis “Satu-satunya hal yang menyaingi kemampuan Gereja Mormon untuk menyebarkan berita adalah kemampuannya untuk mengatasi keadaan darurat. … Gereja tidak hanya berfokus pada kawanannya sendiri.”1 Laporan berita yang positif ini dimungkinkan karena bertahun-tahun membangun hubungan. Conan dan Cindy Grames, yang mulai melayani sebagai wakil urusan kemasyarakatan untuk Area Asia Utara pada Agustus 2010, mengatakan bahwa “dewan urusan kemasyarakatan di Jepang telah bekerja bertahun-tahun dengan para pemimpin utama di seluruh negara. Pertemanan ini membuka pintu bagi agen-agen lokal, yang kemudian bersedia untuk menerima bantuan kami.” Elder Yasuo Niiyama, yang melayani dengan istrinya sebagai direktur dewan urusan kemasyarakatan Gereja di Jepang, menegaskan bahwa “bahkan pemimpin pemerintah nasional Jepang memahami betapa efektifnya Gereja dan betapa cepat kita dapat maju untuk menyediakan bantuan.” Contohnya ketika para pemimpin di Jepang menghargai bantuan tepat waktu Gereja adalah ketika pemimpin imamat lokal mengidentifikasi sebuah tempat penampungan pengungsi yang meluap didirikan di sebuah sekolah di daerah terpencil. Bersama-sama dengan dewan urusan kemasyarakatan dan manajer kesejahteraan Gereja lokal, para pemimpin imamat mengatur makanan dan perlengkapan bantuan lainnya untuk dikirimkan ke penampungan, yang menampung kira-kira 270 korban tsunami yang diungsikan. Meskipun mereka yang berada di tempat penampungan sungguh-sungguh terkejut menerima bantuan dari gereja Kristen, saat kedua kali para sukarelawan Uluran Tangan Mormon datang, mengenakan rompi kuning mereka, seorang anak berteriak, “Mereka datang! Saya bertanya-tanya apa yang mereka bawa kali ini!” Setelah menerima sumbangan, koordinator tempat penampungan memberi tahu Elder dan Sister Grames, “Gereja Anda memberi kami daging dan sayur-mayur segar pertama yang kami miliki setelah gempa bumi.” “Senang rasanya,” ujar Sister Grames, “dapat benar-benar mengulurkan tangan tidak saja untuk tempat penampungan namun juga untuk para pemimpin imamat yang berusaha begitu keras untuk menjangkau mereka yang membutuhkan.” Elder Niiyama menjelaskan hasil positif lainnya dari upaya dewan, “Kami mendapati bahwa membagikan informasi mengenai pekerjaan bantuan Gereja kepada para anggota juga pemimpin terkemuka di luar sangatlah penting untuk tujuan urusan kemasyarakatan kita. Saya merasa orang-orang di luar Gereja sekarang memiliki citra yang lebih baik terhadap Gereja dan para anggota lebih yakin akan kekuatan Gereja di Jepang.” Urusan Kemasyarakatan Adalah Alat bagi Kepemimpinan Imamat Lokal Sebagai bagian penting dari sebuah organisasi yang mendunia, para pemimpin imamat dapat mengambil manfaat dari dewan urusan kemasyarakatan yang mengetahui keadaan lokal dan mampu membantu melayani kebutuhan masyarakat. Sister Serdyuk, di Ukraina, menuturkan, “Adalah bermanfaat untuk melihat seberapa baik para pemimpin imamat telah mengajak urusan kemasyarakatan sebagai alat dalam mencapai tujuan keimamatan mereka. Satu contoh semacam itu adalah melakukan pelayanan masyarakat melalui upaya Uluran Tangan Mormon, yang telah mengembangkan persatuan di antara para anggota di cabang dan lingkungan dan juga membantu membangun suatu hubungan yang lebih erat di antara Gereja dan masyarakat lokal.”
ISLAMDAN PLURALITAS MASYARAKAT DUNIA: Glokalisasi dan Potret Dusun Melayu Modern Nanga Jajang di Hulu Sungai Kapuas1
Apa yang Kita Percayai Para anggota Gereja yang baru sering mendengar istilah-istilah yang belum mereka dengar sebelumnya kunci-kunci imamat, pengukuhan, penumpangan tangan, pembaptisan bagi orang mati, Kebersamaan, Lembaga Pertolongan, dan sebagainya. Dan mereka mendengar istilah-istilah familier yang digunakan dengan cara yang tidak familier diaken, bapa bangsa, uskup, penasihat, sakramen, pemanggilan, pembebastugasan, kesaksian, tata cara, dan banyak yang lainnya. Jika Anda mendapati diri Anda dalam situasi seperti itu, jangan khawatir. Semakin sering Anda menghadiri Gereja, menelaah tulisan suci dan materi pelajaran, serta berinteraksi dengan para anggota Gereja, semakin baik Anda akan memahami istilah-istilah ini. Sementara itu, jangan ragu untuk bertanya kepada para anggota lingkungan atau cabang Anda; mereka akan senang menjelaskan apa pun yang tidak masuk akal bagi Anda. Istilah-istilah seperti ini penting karena itu mencerminkan ajaran, kebijakan, praktik, dan organisasi Gereja, yang berasal dari tulisan suci serta wahyu kepada para nabi modern. Juruselamat memimpin gereja-Nya zaman sekarang dengan mewahyukan kehendak-Nya kepada Presidensi Utama Presiden Gereja dan dua penasihatnya serta Kuorum Dua Belas Rasul. Gereja diorganisasi pada zaman sekarang pada dasarnya sama dengan cara Tuhan mengorganisasinya ketika Dia berada di bumi lihat Pasal-Pasal Kepercayaan 16. Sama seperti di masa Alkitab, kita memiliki nabi, rasul, anggota Tujuh Puluh, misionaris yang pergi berpasangan, serta uskup dan para pemimpin setempat lainnya. Semua yang melayani di Gereja adalah sukarela. Mereka dipanggil diminta untuk melayani melalui ilham dari para pemimpin mereka. Seiring waktu Anda akan diberi pemanggilan—tanggung jawab, kesempatan untuk melayani. Sewaktu Anda menerimanya dengan rela dan memenuhinya dengan segenap kemampuan Anda, Tuhan akan memberkati upaya-upaya Anda untuk melayani anak-anak-Nya. Tidak peduli latar belakang Anda, Anda dapat berkontribusi dengan karunia-karunia rohani yang berharga. Sebagai anggota Gereja, Anda adalah bagian dari “tubuh Kristus” lihat 1 Korintus 12. Kontribusi Anda penting bagi fungsi Gereja. Gambar Ilustrasi oleh David Habben Para pemimpin di lingkungan Anda melayani dalam sebuah presidensi seorang presiden dan dua penasihat Uskup dan kedua penasihatnya membentuk keuskupan dan mengetuai lingkungan. Presidensi Lembaga Pertolongan melayani para wanita di lingkungan dan membantu memperkuat keluarga-keluarga mereka. Presidensi kuorum penatua dan para pemimpin kelompok imam tinggi melayani para pria di lingkungan dan membantu memperkuat keluarga-keluarga mereka. Presidensi Pratama melayani anak-anak, dan presidensi Remaja Putra serta Remaja Putri melayani remaja usia 12–18. Presidensi Sekolah Minggu mengawasi kelas-kelas Sekolah Minggu dan membantu meningkatkan pembelajaran dan pengajaran Injil di lingkungan.
B Saran. 1. Bagi Masyarakat. Konflik dalam masyarakat memang bisa terjadi dalam sebuah masyarakat, apalagi di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, dan agama. Perbedaan akan selalu ada namun perbedaan bukanlah hal yang perlu diperdebatkan, karena perbedaan ada bukanlah agar kita saling merusak tatanan yang sudah baik, namun. 93.
15 Kegiatan praksis dari teologi sosial sudah dilaksanakan tidak hanya dalam kehidupan jemaat pertama tetapi sebelum penyaliban Yesus. Teologi sosial ini telah dikembangkan pada saat Yesus mengembara bersama para murid-Nya. Berdasarkan hal ini, praksis teologi sosial kemudian terus dikembangkan secara teratur dan sistematis oleh gereja, sehingga hal itu dirangkum dalam tri tugas gereja yakni marturia bersaksi, koinonia bersekutu, dan diakonia melayani. 4 Tetapi praksis teologi sosial ini biasanya hanya menyentuh pelayanan manusia terhadap sesamanya manusia. Semua arah pelayanan gereja hanya ditujukan kepada sesama manusia antroposentris dan Allah teosentris. Karena itu satu kesadaran baru telah muncul dan berkembang pesat dalam cakrawala berpikir manusia, yakni bahwa lingkungan hidup atau ekologi dan alam ciptaan merupakan bagian yang utuh dalam risalah-risalah teologis, pemahaman dan penghayatan kerohanian umat manusia 5 sehingga gereja sebagai salah satu lembaga sosial dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Gereja sebagai Lembaga Sosial Gereja adalah persekutuan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Gereja memiliki lima model dalam melaksanakan tugas panggilannya. Dua dari lima itu adalah gereja dilihat sebagai institusi dan gereja sebagai pewarta. Gereja sebagai institusi merupakan pemahaman bahwa gereja dipandang sebagai suatu masyarakat yang cenderung untuk mengutamakan struktur kepemimpinan sebagai elemen formal dalam masyarakat. Pada dasarnya, pandangan ini mau menekankan aspek gereja sebagai sebuah lembaga yang di dalamnya ada struktur organisasi yang jelas dalam pembagian tugas dan kewajiban. Tugas dan tanggung jawab itu adalah untuk 4 Eka Darmaputera via Soegeng Hardiyanto, Pergumulan dalam pengharapan Teologi Sosial dan Gerakan Keesaan. BPK Gunung Mulia. 1999Jakarta, 132. 5 Amatus Woi, Menyapa Bumi, Menyembah Hyang Ilahi Tinjauan Teologis atas Lingkungan Hidup. Kanisius. 2008Yogyakarta, 13. 16 mengajar, menguduskan dan memimpin. Ketiga fungsi ini, merupakan pengarah bagi gereja khususnya orang-orang yang mendapatkan jabatan gerejawi untuk melakukan tugas itu dalam rangka mewujudkan kasih Tuhan di tengah-tengah kehidupan gereja. Penekanan penting dalam menjalankan tugas itu adalah melayani yakni menyalurkan ajaran dan rahmat Kristus sendiri. 6 Karena itulah, maka penting juga untuk melihat model gereja sebagai pewarta. Gereja sebagai pewarta menekankan pada SabdaFirman Tuhan. Menurut model ini, gereja dikumpulkan dan dibentuk oleh Sabda Allah. Misi gereja adalah mewartakan apa yang sudah didengar, diimani dan yang sudah diserahkan kepadanya untuk diwartakan. 7 Dalam tugasnya sebagai pewarta kebenaran, gereja tidak hanya menyentuh dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan iman saja, tetapi gereja juga memiliki hak dan kewajiban untuk bersuara dengan penuh wewenang atas masalah-masalah sosial, ekonomi dan sebagainya. Sebab bagaimana pun juga, gereja hidup di tengah-tengah masyarakat dengan persoalan sosial yang kompleks. 8 Dengan kenyataan seperti yang telah dijelaskan tersebut maka, ada beberapa alasan mengapa gereja melakukan intervensi terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi, antara lain 9 1 Masalah-masalah sosial pada umumnya tidak dapat dirumuskan semata-mata dari segi teknis kenyataan-kenyataan sosial, ekonomi dan politik. Di dalamnya juga termuat masalah moral dan etika. Karena itu, iman Kristen diharapkan dapat menerangi suara hati dan memungkinkan orang Kristen untuk memenuhi kewajibannya dalam konteks historis tertentu dengan tetap memiliki keterbukaan terhadap yang transenden. 2 Masalah-masalah sosial pada umumnya kerap kali berasal dari kecenderungan manusia untuk mementingkan dirinya atau dalam istilah teologis, keberdosaan manusia. 6 Avery Dulles, Model-model Gereja. Nusa Indah. 1990Yogyakarta, 34-35. 7 Ibid., 73. 8 Ricardo Antoncich, Iman dan Keadilan Ajaran Sosial Gereja dan Praksis Sosial Iman. Kanisius. 1990Semarang, 17. 9 Ibid., 18. 17 Ketidakadilan sosial sebagaimana yang terjadi dalam bentuk jurang kaya-miskin, pemerasan manusia atas sesamanya, pengangguran, kemiskinan, perkosaan hak-hak kaum miskin, dan sebagainya. Ketidakadilan sosial ini juga yang dirasakan oleh lingkungan hidup. Hal ini terbukti dari perilaku manusia yang mengekploitasi lingkungan secara besar-besaran sehingga menimbulkan banyak masalah. Semua perilaku ini merupakan ungkapan dari situasi-situasi keberdosaan manusia. 3 Gereja prihatin terhadap akibat-akibat dari permasalahan sosial itu karena kondisi-kondisi hidup yang tidak layak merupakan kendala bagi keselamatan manusia. 4 Ajaran gereja tentang permasalahan sosial dan tanggapan umat Kristen terhadapnya merupakan bagian dari pandangan hidup Kristen. Namun, meskipun gereja berusaha untuk terlibat dalam melihat masalah-masalah sosial yang terjadi, tetapi bukan berarti bahwa keberadaan gereja menyediakan obat manjur untuk menyembuhkan penyakit atau luka-luka sosial yang ada. Ajaran sosial gereja bukanlah ideologi atau pun analisis sosial ilmiah, meski pun di dalamnya termuat analisis-analisis yang tajam atas masyarakat, negara dan manusia. Tugas gereja sebagai salah satu lembaga sosial adalah untuk memberikan tanggapan iman dan memberikan pengarahan tindakan iman bagi umat Kristiani dalam menghadapi masalah-masalah sosial yang ada, 10 termasuk di dalamnya masalah lingkungan hidup. Karena gereja merupakan bagian integral dari lembaga-lembaga sosial yang ada dan turut ambil bagian dalam tugas itu sehingga gereja memiliki kaitan yang erat dengan lembaga sosial lain dan sangat penting untuk menjalin kerja sama. Bahkan gereja juga perlu belajar dari lembaga sosial lainnya, dalam rangka mewujudkan terang kasih Tuhan ditengah- tengah kehidupan seluruh ciptaan melalui tindakan nyata praksis sebagai proses belajar seumur 10 Ricardo Antoncich, Iman dan Keadilan Ajaran Sosial Gereja dan Praksis Sosial Iman. 19. 18 hidup yang terintegrasi. Bagaimana pun juga, ketika gereja ingin terlibat dalam melihat dan merespon masalah-masalah sosial yang terjadi salah satunya masalah linkungan hidup, gereja sendiri perlu memperhatikan pertimbangan etis dari etika lingkungan, agar hal itu juga dapat memperlengkapi gereja lebih lagi dalam melaksanakan perannya tersebut. Etika Lingkungan

DijelaskanTh. Van den End dalam Sumber-Sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Jawa Barat 1858-1963, orang-orang NZV menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Sunda untuk mendekati masyarakat Sunda. Pendekatan lain yang coba dilakukan para zending untuk melemahkan ajaran Islam di Indonesia adalah dengan pendidikan dan kebiasaan

Oleh Hariman A. Pattianakotta Saya pernah membaca sebuah artikel, kesaksian dari seorang pemimpin perusahaan. Kebetulan orang ini adalah seorang Kristen. Ia juga aktif dalam pelayanan di gereja. Menurutnya, memimpin gereja jauh lebih sulit dari memimpin perusahaan. Apa pasal? Ia mencontohkan. “Kalau di perusahaan, target yang ingin dicapai serba terukur. Perintah seorang atasan jelas kepada bawahannya. Jika performance bawahan tidak sesuai, evaluasi dan ganti! Keputusan yang diambil pun harus cepat, kalau tidak cepat akan ketinggalan. Rejekinya diambil orang.” “Sementara kalau di gereja, yang dikedepankan adalah persekutuannya. Demi persekutuan, yang sudah jelas-jelas salah pun kadang sulit untuk diubah, sebab mekanismenya panjang.” “Belum lagi soal rasa. Kita sering enak gak enak mengambil keputusan tegas. Kalau bersikap terlalu tegas, dianggap kurang pastoral. Sementara katanya gereja adalah persekutuan pastoral. Inilah yang terkadang membuat orang seperti saya tidak efektif dalam pelayanan.” “Kalau di perusahaan, kita mengambil karyawan sesuai dengan standar kita. Harus sarjana dan punya kompetensi tertentu. Sementara di gereja, semua ada. Maaf, dari yang tidak sekolah sampai yang profesor ada di gereja. Bagaimana memimpin secara efektif dengan komposisi seperti ini sangat tidak mudah. Karena itu, menurut saya, memimpin di gereja lebih sulit dari memimpin perusahaan.” Organisasi dan Organisme Apa yang diungkapkan di atas mencerminkan tegangan antara gereja sebagai “organisasi” dan “organisme”. Jika kita membaca bukunya Romo Mangunwidjaya, “Gereja Diaspora”, kedua hal itu dipertahankan untuk selalu berada dalam ketegangan yang kreatif. Betul, gereja adalah koinonia, persekutuan yang saling mengisi dan saling berbagi. Gereja adalah tubuh Kristus. Sebagai tubuh organis, anggota-anggota gereja diikat oleh Roh Kudus, yang membuat kita bisa saling merasa. Menangis dengan yang menangis, tertawa dengan yang berbagia. Sebagai koinonia atau organisme yang hidup, kita diajak untuk peduli, berbagi, menyembuhkan, menguatkan. Karena itu, yang cepat mesti bertenggang rasa dengan yang tidak cepat atau yang lambat. Yang cepat tidak boleh berlari sendirian. Namun, di sisi lain, gereja juga adalah organisasi. Gereja ditata dengan aturan. Gereja dituntun oleh visi dan misi. Gereja juga mesti dibuat menjadi organisasi yang efektif, efisien, dan transformatif. Strategi dan program-programnya mesti terukur dan harus selalu dievaluasi. Demikian juga dengan para pelayannya. Orang-orangnya mesti terbuka untuk dikembangkan dan diperbaharui. Sebab, dunia terus berubah dengan cepat. Karena itu, orang-orang yang memimpin dan melayani gereja harus pula berubah dan berbesar hati untuk dievaluasi serta diperbarui. Dengan demikian, antara organisme dan organisasi tidak perlu dipertentangkan. Gereja adalah persekutuan yang hidup, karena itu gereja juga harus ditata dan terus diperbarui. Hal ini sesuai dengan semboyan Reformasi “Ecclesia reformata semper reformanda” Supaya gereja bisa melakukan reformasi secara baik, gereja mesti belajar dari cara organisasi dunia ditata untuk menjadi semakin efektif, efisien, dan transformatif, tentu tanpa meninggalkan jatidirinya sebagai gereja Yesus Kristus. Artinya, gereja harus serentak menjadi organisasi dan organisme yang hidup. Contoh konkretnya seperti apa? Begini. Gereja sebagai persekutuan harus tetap dijaga. Kasih mesti tetap menjadi pengikat. Nilai-nilai Kerajaan Allah tetap menjadi misi gereja. Serentak dengan itu, gereja harus membuat visi, misi, strategi, dan program yang terukur dalam rangka implementasi misi Allah. Bahkan, gereja melalui para pemimpinnya harus selalu siap dievaluasi, program-programnya harus siap diganti apabila tidak relevan. Dan untuk itu, tidak perlu bertele-tele menunggu satu rapat atau persidangan yang satu ke rapat atau persidangan yang lain. Gereja harus bergerak cepat dan lincah di tengah arus perubahan yang tidak bisa ditahan-tahan oleh siapa pun. Untuk itu, selain harus tetap berpegang pada Firman, gereja juga perlu membuat aturan main yang tidak mengekang perubahan. Mekanisme organisasi dibuat untuk memperlancar roda organisasi. Hal lainnya adalah leadership yang visioner, berani mengambil langkah perubahan meski tidak populer, dan tegas. Yang terpenting adalah apa yang hendak dikerjakan itu adalah sungguh-sungguh untuk kemajuan umat dan masa depan gereja itu sendiri, bukan untuk kepentingan diri pribadi atau kelompok. Yang berlari kencang harus tetap berlari kencang. Yang berlari lambat, diberikan oksigen dan energi tambahan supaya bisa menyusul dengan cepat. Bukannya membuat yang cepat menjadi lambat. Oleh karena itu, sistem ditata, program-program dirancang dan diimplementasikan, supaya yang lambat bisa menjadi lebih cepat. Yang lemah dibuat menjadi kuat. Sinergi dan energi harus diarahkan untuk itu seefektif mungkin. Yang tidak efektif dipotong, sama seperti yang Yesus Kristus sendiri ajarkan. Ranting yang tidak berbuah dipotong, dibersihkan, supaya bisa berbuah, atau minimal tidak menghambat ranting yang lain untuk berbuah lebih lebat. Jika kita bisa memadukan secara kreatif organisasi dan organisme dalam hidup bergereja, maka gereja akan semakin efektif, efisien, dan mampu mentransformasi kehidupannya dan kehidupan masyarakat. Selamat malam dan selamat beristirahat. Tuhan memberkati kita semua. Salam byBP » Mon Nov 12, 2007 3:14 am. SEJARAH GEREJA MULA-MULA. A. LATAR BELAKANG. Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan Roh Kudus itu Yesus berjanji akan memperlengkapi murid
sasaran atau tujuan lainnya sebagaiman yang dikehendaki para pemilik. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor swasta, investor pemerintah, kreditor dan para anggota. 3. Quasi non profit organization Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan atau jasa dengan maksud untuk melayani masyarakat dan memperoleh keuntungan surplus. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor pemerintah, investor swasta dan kreditor. 4. Pure non profit organization Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan atau jasa dengan maksud untuk melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari pajak, retribusi, utang, obligasi, laba BUMN, BUMD, hibah, sumbangan, penjualan aset negara dan sebagainya. Organisasi Gereja Pengertian Organisasi Gereja Gereja atau yang biasa disebut paroki termasuk dalam kategori organisasi nirlaba, karena memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya dari subangan para anggota umat dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun dari paroki tersebut. Paroki yang dalam hal ini termasuk Paroki Administratif, Stasi, Wilayah, Lingkungan, Kelompok Kategorial dan Unit Karya di Paroki sebagai salah satu organisasi gereja mempunyai karakteristik yang berbeda dengan organisasi yang lain berdasarkan PDDP KAS 2004, pasal 10-6. Perbedaan tersebut terutama terletak pada 1. Kepemilikan Seluruh assetkekayaan yang dimiliki, kepemilikannya berada di tangan Gereja sebagai Badan Hukum Gereja berdasarkan Regeling van de rechtpositie der kergenootscappen van Ned Indie peraturan kedudukan hukum Perkumpulan Gereja tahun 1927 No. 155, jo. 156 dan 532, serta Keputusan Menteri Agama RI no. 182 tahun 2003 tentang Susunan Hirarki Gereja Katolik di Indonesia. Oleh karena itu dalam segala aspek pengelolaannya harus tunduk pada hukum gereja dan keputusan Uskup sebagai representatif gereja Constitutio Apostolica ”Quod Cristus” 3 Januari 1961 dan bila dianggap perlu, Uskup dapat mengadakan supervisi dan pemeriksaan pengelolaan harta benda dan keuangan badan hukum yang dibawahinya KHK kan. 1276. 2. Tujuan Paroki diwujudkan terutama untuk menghadirkan Gereja sebagai Sakramen yaitu tanda dan sarana kesatuan mesra dengan Allah dan persatuan umat manusia LG 1. Sebagai tanda dan alat persekutuan, gambaran yang konkret dari Gereja adalah himpunan Umat Allah dalam berbagai tingkat hirarki. Pada hakikatnya hirarki himpunan Umat Allah adalah persekutuan dari paguyuban Umat Allah communion of communities yang di dalamnya terjalin solidaritas persaudaraan antar umat se-iman yang juga menjadi kesukaan bagi orang-orang lain Kis. 242-47. Gereja menjadi ungkapan solidaritas persaudaraan yang menjawab keprihatinan kehidupan sehari-hari dengan mengutamakan mereka yang terlupakan dan menderita bdk. LG 1 dan SRJ. 42. 3. Cara memperoleh dan menggunakan sumber daya bdk. KHK kan. 1260, 1284 § 2º4 dan º6 Sumber daya yang dibutuhkan, diperoleh dari sumbangan umat yang tidak mengharapkan imbalan apapun dan digunakan untuk melakukan aktivitas karya pastoral yaitu menyelenggarakan ibadat ilahi, pewartaan, pelayan amal kasih terutama kepada yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir KLMT. Menurut Keuskupan Agung Semarang Pedoman Dasar Dewan Paroki, 2008 definisi Paroki adalah “Paroki adalah persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman sebagai bagian dari Keuskupan dalam batas-batas wilayah tertentu yang sudah memilik Pastor Kepala, yang berdomisili di Parokinya sendiri.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, 2002, Paroki adalah daerah kawasan penggembalaan umat Katolik yang dikepalai oleh pastor atau imam. Skema Pelayanan Gereja
Ajaranagama masyarakat sadar bahwa ajaran yang dianut dan diyakini oleh setiap umatnya adalah mengajarkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu sama lain, sadar dengan perbedaan dalam menciptakan kerukunan, mengakui hak asasi manusia masyarakat sadar bahwa suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam mentukan sikap prilaku
.
  • 4hsak18702.pages.dev/522
  • 4hsak18702.pages.dev/751
  • 4hsak18702.pages.dev/138
  • 4hsak18702.pages.dev/729
  • 4hsak18702.pages.dev/773
  • 4hsak18702.pages.dev/733
  • 4hsak18702.pages.dev/171
  • 4hsak18702.pages.dev/492
  • 4hsak18702.pages.dev/840
  • 4hsak18702.pages.dev/101
  • 4hsak18702.pages.dev/78
  • 4hsak18702.pages.dev/284
  • 4hsak18702.pages.dev/981
  • 4hsak18702.pages.dev/161
  • 4hsak18702.pages.dev/565
  • apakah gereja itu sama dengan organisasi lain di masyarakat